Jakarta (Greeners) – Guna mengantisipasi masuknya virus ebola ke Indonesia, Kementrian Kesehatan (Kemenkes) telah mempersiapkan laboratorium khusus milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa Laboratorium Balitbangkes tersebut telah memiliki kualifikasi BSL 3 (Bio Safety Level 3).
“Kualifikasi laboratorium kita setara dengan laboratorium rujukan milik Badan Kesehatan Dunia (WHO)”, Jelas Prof. Tjandra, Jakarta, Rabu (06/08).
Prof. Tjandra juga menerangkan beberapa metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi virus ebola ini, yaitu pertama dengan menggunakan sistem PCR (Polymerase Chain Reaction). Untuk sistem ini, lanjut Prof. Tjandra, Laboratorium Balitbangkes telah memiliki kelengkapan alat, petugas dan prosedurnya sehingga sangat mumpuni untuk melakukan pemeriksaan ebola.
Selain itu, lanjut Prof. Tjandra, ada pula pemeriksaan dengan cara Antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), Antigen detection tests, Serum neutralization test, Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay atau Electron microscopy dan Evirus isolation dengan kultur sel.
“Laboratorium kita sudah cukup mumpuni jika sewaktu-sewaktu virus ebola ini terdeteksi,”tambahnya.
Ditanya tentang penyebaran virus Ebola di Asia, Prof Tjandra menerangkan bahwa pada tahun 1980an dan 1990an, di Filipina pernah ditemukan genus ebola bernama RESTV pada jenis monyet Macaque (Macaca fascicularis). Kemudian, pada tahun 2008 virus ebola genus RESTV juga ditemukan pada babi.
“Sejauh ini sih baru Filipina dan Tiongkok yang melaporkan ebola jenis RESTV ini, namun masyarakat mesti tahu karena genus RESTV ini hanya menular pada binatang dan tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia,” tegas Prof. Tjandra.
Sebagai informasi, genus ebola virus, dikatakan oleh Prof. Tjandra, ada lima, yakni Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus (EBOV), Reston ebolavirus (RESTV), Sudan ebolavirus (SUDV), dan Tai Forest ebolavirus (TAFV). Untuk BDBV, EBOV, dan SUDV adalah jenis virus yang menyebabkan wabah ebola di Afrika dan mengakibatkan angka kematian yang sangat tinggi pada manusia yang terjangkit.
(G09)