Jakarta (Greeners) – Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kondisi atmosfer terkini teridentifikasi adanya peningkatan tekanan udara di dataran Asia. Selain itu terpantau juga bibit siklon di sebelah utara Indonesia, tepatnya di Laut Cina Selatan. BMKG juga mengidentifikasi adanya bibit siklon tropis di Teluk Carpentaria Australia (sebelah selatan Papua) dan di samudera Hindia (sebelah selatan Jawa).
Kepala Bidang Analisis Perubahan Iklim BMKG Kadarsah mengatakan dari ketiga bibit siklon yang ada di sekitar Indonesia, bibit siklon 95P (Southern Hemisphere) yang berada di Teluk Carpentaria yang memiliki kecepatan angin maksimum 25 knots di pusatnya dan bibit siklon 97W (West Pacific) yang berada di Laut Cina Selatan dengan kecepatan angin maksimum 20 knots di pusatnya, keduanya berpotensi tinggi menjadi siklon tropis dalam 24-48 jam ke depan.
“Bibit-bibit siklon tersebut nantinya akan berpotensi menjadi siklon tropis “Lili” yang akan memberikan dampak peningkatan kecepatan angin, ketinggian gelombang laut, dan potensi hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Sebelumnya, BMKG telah merilis pada 15 Desember 2018 ada peningkatan gelombang 2,5 – 4,0 meter di perairan Kepulauan Mentawai hingga Selat Sunda yang disebabkan oleh siklon tropis “Kenanga”,” ujar Kadarsah saat dihubungi Greeners melalui telepon, Kamis (03/01/2019).
BACA JUGA: BMKG: Angin Siklon Tropis Kenanga Tingkatkan Kecepatan Angin
Kadarsah mengatakan bahwa bibit siklon yang terjadi saat ini mengakibatkan angin kencang di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku Bagian Selatan, dan Papua Barat.
“Setiap wilayah berbeda-beda kecepatan anginnya. Kalau prakiraan cuaca secara global berdasarkan gambar di atas, terlihat kecepatan angin ditunjukkan oleh angka. Jika mengambil contoh di Jakarta, kecepatan angin yang berhembus mencapai 25 knots atau setara dengan 46.30 kilometer per jam,” ujar Kadarsah.
Namun demikian, kondisi angin kencang juga terjadi pada saat cuaca panas. Kadarsah menerangkan, hal ini terjadi karena pada bulan Desember, Januari dan Februari posisi matahari ada di belahan bumi selatan, jadi sangat wajar sebagian Indonesia mengalami peningkatan temperatur (cuaca panas).
“Artinya tanpa ada siklon juga kondisi cuaca panas dan angin kencang bisa saja terjadi,” ujar Kadarsah.
BACA JUGA: BMKG Akan Merilis Informasi Peringatan Dini DBD Berbasis Iklim Awal Tahun 2019
Selain potensi bencana akibat angin kencang dan hujan lebat, masyarakat diharapkan waspada juga terkait gelombang tinggi di Indonesia.Tinggi gelombang laut di wilayah perairan Indonesia saat ini didominasi dengan ketinggian gelombang berkisar antara 1.25 – 2.5 m.
Adapun tinggi gelombang dengan ketinggian lebih dari 2.5 meter – 4.0 meter terpantau di beberapa wilayah perairan Indonesia, seperti di perairan barat Lampung, perairan selatan Jawa hingga Sumbawa, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTT, perairan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kai hingga Kepulauan Aru, laut Arafuru, perairan barat Yos Sudarso, perairan selatan Merauke, perairan Kepulauan. Sangihe hingga Kepulauan Talaud, perairan utara Halmahera, perairan utara Papua Barat hingga Papua.
Penulis: Dewi Purningsih