Cianjur (Greeners) – Sebanyak 959 tumbuhan di Indonesia terancam punah. Badan Nasional Riset dan Inovasi (BRIN) menargetkan akan mengonservasi 50 di antaranya.
BRIN memiliki Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (OR-IPH). Organisasi ini menjadi pusat riset konservasi tumbuhan kebun raya dan kehutanan di Indonesia. Salah satu tugasnya memastikan pengurangan jumlah tumbuhan yang terancam punah.
Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan BRIN Ahmad Fathoni menyatakan berdasarkan daftar International Union for the Conservation of Nature (IUCN), terdapat 959 tumbuhan di Indonesia yang terancam punah. Sebanyak 50 dari 959 tumbuhan terancam punah akan dilakukan konservasi secara bertahap.
Beberapa contoh tumbuhan yang terancam punah di antaranya, Sapindaceae berjumlah 10, Elaeocarpaceae 10, Fagaceae 12, Thymelaeaceae 13, serta Calophyllaceae berjumlah 15. Adapun sebaran tumbuhan terancam punah di Indonesia paling tinggi di antaranya, wilayah Kalimantan (338), Sumatera (308), Papua (167) dan Jawa (104).
“Kita akan lihat di akhir tahun berapa banyak yang berhasil kita capai. Kita pastikan 50 tumbuhan itu terkonservasi,” kata Ahmad di Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Kamis (17/3).
Konservasi Ex Situ Tumbuhan Terancam Punah
Ahmad menekankan, 50 tumbuhan yang BRIN konservasi itu akan dilakukan secara ex situ (di luar habitat asalnya). BRIN akan memperbanyak tumbuhan tersebut untuk BRIN kembalikan lagi ke habitat yang sesuai dengan karakter tumbuhan aslinya.
Permasalahannya, sambung dia terdapat dua tantangan dalam upaya konservasi ini. yakni memastikan pada tahun-tahun pertama tumbuhan bisa tumbuh dengan baik pascapindah ke kebun raya ex situ.
Tantangan selanjutnya yaitu bagaimana memastikan memperbanyak tumbuhan melalui teknik yang tepat, misalnya melalui kultur jaringan. Namun lanjutnya, harus ada ketepatan pemilihan media tanam.
“Ini tantangan riset kita yaitu bagaimana peneliti bisa meramu media tanamnya bisa dikembangkan secara cepat dan banyak,” imbuhnya.
Selain memastikan agar tumbuhan tak terancam punah atau biodiversity loss, Ahmad juga menekankan pentingnya reintroduksi. Hal ini dengan melakukan pengembalian tumbuh-tumbuhan yang berhasil diperbanyak di kebun raya ke habitat asalnya.
“Ini sekaligus memberikan edukasi ke masyarakat untuk lebih mengenal dan menyadari keberadaan tumbuh-tumbuhan ini. Kalau kita terlambat menyelamatkan, nanti akan punah,” ungkapnya.
Salah satu bentuk komitmen BRIN dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati tertuang dalam program Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (OR-IPH). Ahmad menyatakan, terdapat dua fokus utama di dalamnya. Salah satunya Rumah Program Pengungkapan dan Pemanfaatan Biodiversitas Nusantara. Di sini ada upaya eksplorasi pengungkapan potensi-potensi alam dan penelusuran kemanfaatannya.
Kedua yaitu Rumah Program Konservasi Tumbuhan Terancam Kepunahan yang memfokuskan pada target pemulihan 50 tumbuhan terancam punah yang terkonservasi.
Riset Biodiversitas Butuh Kolaborasi
Sejatinya, perkembangan riset biodiversitas harus ada kolaborasi. Ahmad mengungkapkan, bila kegiatan riset tak bisa dilakukan sendiri, tapi melalui kolaborasi dengan berbagai multidisiplin ilmu dan lintas negara.
BRIN sebagai pusat riset keanekaragaman hayati memiliki posisi strategis berkolaborasi dengan berbagai negara menyusul perhelatan Presidensi G20. Ahmad menyatakan, momentum ini bisa dimanfaatkan menjalin kerja sama dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang terkait biodiversitas.
“Ketika kita bisa hadir di forum Internasional, ini menjadi kesempatan kita untuk mengenalkan biodiversitas kita. Sekaligus berkolaborasi bersama untuk menanggulangi permasalahan biodiversitas,” tuturnya.
Indonesia sebagai salah satu negara megabiodiversitas sangat berpotensi sebagai Presidensi G20. Harapannya terjadi kolaborasi pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
Kepala OR-IPH BRIN Ilman Hidayat mengatakan, salah satu program prioritas BRIN yakni mengungkap dan melakukan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia. Menurutnya, kekayaan keanekaragaman hayati atau biodiversitas Indonesia sangat besar, tapi masih sedikit yang berhasil Indonesia ungkap.
“Inilah tantangan kita, karena baru 10 % dari kekayaan keanekaragam hayati kita yang berhasil kita temukan,” katanya kepada Greeners, di Jakarta, Jumat (18/3).
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin