Bandung (Greeners) – Ratusan warga terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) imbas kebakaran tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat. Hingga Rabu (13/9), tercatat 580 warga terkena ISPA.
Berdasarkan data dari Posko Kesehatan di Desa Sarimukti, ISPA menjadi penyakit paling banyak menyerang warga. Bahkan, jumlah warga terdampak ISPA pada 25 Agustus 2023 paling tinggi sebanyak 128 orang. Menurut pengamatan Greeners, sampai saat ini asap dari api akibat kebakaran pun masih mengepul di udara.
Petugas Posko Kesehatan, Desa Sarimukti, Euis mengatakan seminggu setelah terjadinya kebakaran TPA Sarimukti, Dinas Kesehatan Kota Bandung mengirimkan obat-obatan dan oksigen untuk menolong warga yang terkena dampak kesehatan.
BACA JUGA: Kebakaran TPA Sarimukti Potret Buruk dari Praktik Open Dumping
“Dulu minggu pertama enggak ada, sampai Dinas Kesehatan yang kasih bantuan. Seminggu setelah kejadian baru pada datang bantuan obat. Datangnya juga bertahap, enggak sekaligus,” kata Euis saat ditemui di Posko Kesehatan, Desa Sarimukti, Jumat (15/9).
Selain itu, penyakit ISPA ini juga menyerang berbagai kalangan, mulai dari balita hingga lansia. Bahkan, terdapat sebagian warga dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.
Sekretaris Desa Sarimukti, Imat Rohimat mengatakan, hingga saat ini masih ada titik api yang bermunculan dan belum bisa dipadamkan.
“Mungkin karena sampah sudah terlalu tebal, jadi memang susah untuk dipadamkan,” ungkap Imat.
Pria berusia 43 tahun itu juga mengatakan, kebakaran TPA Sarimukti menimbulkan berbagai dampak bagi warga, mulai dari kesehatan hingga perekonomian.
Dampak Ekonomi Paling Dirasakan
Kebakaran TPA Sarimukti tidak hanya berdampak serius terhadap kesehatan warga. Namun, Imat mengatakan, aspek ekonomi paling signifikan berdampak pada para pemulung yang tinggal di sekitar TPA.
“Dari awal kebakaran, dampak yang paling dirasakan oleh warga kami, ya, dampak secara ekonominya,” ungkap Imat.
Sebab, menurut Imat, sebagian besar pekerja di Desa Sarimukti mempunyai hubungan dekat dengan TPA Sarimukti. Penduduk di sana juga mempunyai pekerjaan beragam dalam memanfaatkan sampah. Banyak dari mereka yang menyebut TPA Sarimukti sebagai penggerak ekonomi.
“Ada yang memang sebagai pemulung, pemilah, dan memang banyak lagi kegiatan pekerjaan yang menyangkut dengan bidang daur ulang sampah itu,” lanjut Imat.
Warga Terdampak Dapat Bantuan
Pemerintah, organisasi, dan pihak swasta pun turun tangan memberikan bantuan kepada warga terdampak. Imat mengatakan, bantuan sudah masuk kendati belum cukup. Sejak awal insiden kebakaran, BPBD memberikan bantuan berupa nasi box.
“Mereka membagikan ke warga yang terdampak langsung perekonomiannya,” tambah Imat.
Di sisi lain, BPBD provinsi dan pihak lain juga memberikan bantuan berupa paket sembako. Namun, pihak desa sebelumnya telah mendata warga yang berhak menerima bantuan tersebut. Mereka berkoordinasi dengan RT dan RW setempat.
“Desa memfasilitasinya, kami bentuk tim relawan juga di desa. Ada tim relawan yang memang bertugas untuk mendata dan mengkoordinir pembagian bantuan tersebut. Kami prioritaskan warga yang terdampak ekonominya dulu,” tutur Imat.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia