Bandung (Greeners) – Dalam acara International Zero Waste Cities Conference (IZWCC) 2018, tiga kota di Jawa Barat ditargetkan menjadi kota percontohan penerapan konsep zero waste cities. Ketiga kota tersebut adalah Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung. Kota-kota ini juga memiliki program dan target sendiri untuk mewujudkan konsep zero waste cities.
“Kami sedang membangun model untuk percontohan, maka dari itu kami memilih kota besar yaitu kota Cimahi, kota yang sifatnya kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, dan kota metropolitan seperti kota Bandung. Tiga kota ini kami pilih karena mewakili karakter kota yang berbeda,” ujar Ria Ismaria selaku Ketua Panitia Pengarah IZWCC 2018 di Soreang, Rabu (07/03).
Ria mengatakan, indikator konsep zero waste cities ini dilihat dari kesiapan daerah, dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup, serta kebijakan dari kota tersebut. Menurut Ria, dari tiga kota tersebut, sampai saat ini Kota Cimahi merupakan kota yang paling siap untuk menerapkan zero waste cities.
“Kota Cimahi yang paling siap karena hampir seluruh kelurahan sudah tersentuh dengan konsep ini, sementara Kota Bandung baru 2 kecamatan yakni Kecamatan Coblong dan Kecamatan Cibeunying Kaler dan 1 kelurahan, yaitu Kelurahan Babakan Sari. Kalau di Kabupaten Bandung baru ada di 5 desa. Sebetulnya Kabupaten Bandung dan Kota Bandung juga siap tapi dibandingkan Cimahi, saya rasa kota Cimahi lebih siap,” ungkap Ria.
BACA JUGA: IZWCC 2018, Industri Diminta Mencari Solusi Jangka Panjang atas Residual Waste
Wakil Wali Kota Cimahi Ngatiyana mengatakan bahwa selama ini penanganan sampah yang selama ini dilaksanakan di kota Cimahi hanya kumpul, angkut, buang. Jia konsep zero waste diterapkan di kota Cimahi, ia berharap sampah rumah tangga menjadi terpilah sesuai jenisnya sehingga masyarakat dapat membuat kompos dari sampah organik dan ada nilai ekonomi dari sampah anorganik yang dihasilkan.
“Zero waste cities merupakan program yang harus dilaksanakan dan target kami menuju Zero Waste Cities pada tahun 2025 karena isu persampahan ini sudah sampai internasional. Minimal langkah pertama yang harus kita lakukan adalah pengurangan sampah plastik di Cimahi, karena sampah plastik sendiri menyumbang 40% dari total 200 ribu ton sampah per hari yang dihasilkan di kota Cimahi. Caranya dengan sosialisasi ke supermarket sampai ke pasar-pasar untuk tidak menggunakan kantong plastik,” ujar Ngatiyana.
Membuat Bank Sampah Induk (BSI) merupakan salah satu cara yang dijalankan oleh kota Cimahi menerapkan circular economy. BSI tersebut bernama SAMICI (Sampah Induk Cimahi) yang menjadi satu-satunya BSI di Cimahi.
Samici menerima pengolahan sampah dari 160 bank sampah unit yang tersebar di Rukun Tetangga dan Rukun Warga. “Kami membuat Samici yang memiliki banyak cabang yang tersebar di RT/RW setempat. Hal itu didukung karena pemilahan sampah dilakukan di setiap rumah dan juga kemauan dari masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah tersebut,” ucap Ngatiyana.
BACA JUGA: International Zero Waste Cities Conference Digelar di Bandung
Senada dengan Ngatiyana, Kepala Dinas Kota Bandung Mohamad Salman Fauzi menyatakan bahwa sesulit apapun konsep zero waste harus ditetapkan di kota Bandung. Menurutnya, saat ini kota Bandung sudah memulai konsep zero waste cities.
“Secara keseluruhan kami membuat spot–spot di RW di beberapa kecamatan lalu kita latih pemilahan sampah, ada juga Kawasan Bebas Sampah (KBS) di RW per Kecamatan. Jadi, karena ini mengubah kultur, karakter dan mindset, memang butuh waktu dan persiapan,” kata Salman.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Asep Kusumah menambahkan bahwa poin penting zero waste cities adalah membangun kesadaran masyarakat.
“Zero waste ini sebuah momentum untuk belajar dari negara lain, jangan hanya melihat. Maka dari itu kami Kabupaten Bandung membuat program seperti sabilulungan hiji dua (sajiwa), sabilulungan tanam pohon kesayangan (satapok), dan lubang biopori yang kita berikan tematik untuk sampah organik itu semua dilakukan untuk membangun mindset masyarakat dan salah satunya mendukung Zero Waste Cities,” kata Asep.
Penulis: Dewi Purningsih