Malang (Greeners) – Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menutup jalur pendakian mulai 4 Januari 2017. Sejak dibuka 1 Mei 2016 lalu, ada tiga pendaki meninggal dunia dan satu pendaki hilang dalam perjalanan menuju gunung yang digambarkan sebagai atap Pulau Jawa ini.
Greeners mencatat, tiga pendaki yang meninggal saat perjalanan ke puncak gunung tertinggi di Jawa ini. Pendaki pertama adalah Ziman Arofik. Pendaki asal Jalan WR Supratman 123, RT 005/RW 012, Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, ini meninggal pada 13 September 2016 karena sakit.
Ziman meninggal ketika akan turun dari Pos Kalimati yang berada di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut. Evakuasi Ziman baru bisa dilakukan pada keesokan harinya karena kendala cuaca.
BACA JUGA: Sakit, Pendaki Asal Depok Meninggal di Semeru
Musibah kembali terjadi pada 3 Oktober 2016. Seorang pendaki bernama Chandra Hasan, asal Cakung, Jakarta Timur, diduga meninggal karena sakit ketika perjalanan menuju Ranukumbolo. Chandra sempat mengeluh sakit dan tidak sadar saat berada di blok Landengan Dowo. Chandra meninggal usai tak sadarkan diri.
Di bulan yang sama, pada 8 Oktober 2016, pendaki asal Sidamukti, RT 003/RW 022, Desa Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Sahat M Pasaribu, juga menghembuskan nafas terakhir di Semeru. Meninggalnya Sahat ini juga diduga karena sakit.
Korban bahkan sempat muntah beberapa kali hingga kondisi fisiknya terus melemah dan terlihat pucat, bengong, dengan pandangan mata kosong. Ia meninggal di depan rekan-rekannya yang berjuang keras menolongnya.
BACA JUGA: Badan Otoritas Bromo Tengger Semeru Ditargetkan Aktif Juli 2016
Selain tiga pendaki yang meninggal tersebut, ada peristiwa yang menguras energi semua pihak yakni kabar tersesatnya pendaki asal Swiss, Lionel du Creux. Pencarian Lionel bahkan memakan waktu hingga dua minggu lebih. Open SAR resmi tim gabungan selama 10 hari belum berhasil menemukan keberadaan pendaki yang tidak memiliki izin mendaki ini.
Upaya pencarian dengan tambahan oleh keluarga korban juga belum membuahkan hasil hingga pendakian kembali dibuka lagi pada 21 Juni 2016. Lionel mendaki Semeru bersama rekannya pada 3 Juni tanpa melapor ke petugas. Ia dilaporkan hilang ke Pos Ranupani pada 8 Juni 2016. Hingga kini, keberadaan Lionel dinyatakan hilang di Semeru.
Nasib beruntung dialami dua pendaki asal Jawa Barat, Zirli Gita Ayu Safitri dan Supyadi. Mereka mengalami disorientasi medan saat turun dari puncak Mahameru. Kedua penyintas ini berhasil bertahan hidup meski upaya pencarian keduanya memakan waktu lima hari. Mereka ditemukan selamat oleh Tim SAR gabungan dalam kondisi lemas dan luka-luka di kawasan air terjun Gunung Boto, Tawon Songo, Lumajang, pada 25 Mei 2016.
Penulis: HI/G17