Jakarta (Greeners) – Setelah pada tanggal 2 Maret 2017 lalu 11 ekor anakan komodo menetas di Taman Safari Indonesia, pada 5 Maret telah menetas pula 2 ekor, dan pada 6 Maret menetas 1 ekor lagi anakan komodo. Total sebanyak 14 telur dari 26 telur komodo telah berhasil menetas di Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Bogor tersebut. Proses penetasan telur komodo dari indukan Rangga (jantan) dan Rinca (betina) ini masih berlangsung dan dinantikan.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati yang mewakili Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Bambang Dahono Adji, mengungkapkan bahwa menetasnya Komodo di Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia ini merupakan keberhasilan upaya pelestarian satwa komodo diluar habitat aslinya yaitu Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur.
“Pemerintah telah menetapkan strategi pengelolaan satwa dilindungi melalui upaya konservasi in-situ dan konservasi ex-situ,” ungkapnya, Jakarta, Rabu (08/03).
BACA JUGA: 11 Telur Komodo Menetas di Taman Safari Bogor
Selain keberhasilan pengembangbiakan satwa komodo di Taman Safari, komodo juga berhasil dikembangbiakan di Kebun Binatang Surabaya (72 individu), Ragunan (6 individu) dan Gembira Loka – Yogyakarta (4 individu).
Dokter hewan Bongot yang merawat satwa komodo di TSI Cisarua yang juga sebagai study book keeper komodo, menceritakan upaya breeding komodo ini telah dilakukan sejak 1,5 tahun lalu, mulai dari menyiapkan satwa jantan dan betina sampai menetasnya 14 telur Komodo tersebut.
“Rangga dan Rinca mulai melakukan perkawinan tanggal 21-22 Juli 2016. Pertengahan Agustus 2016, komodo mulai bertelur dan pada tanggal 17 Agustus 2016 dilakukan pengambilan telur, penimbangan dan penyimpanan di inkubator. Pada bulan ketujuh, tepatnya 2 Maret 2017, telur-telur tersebut mulai menetas dan sampai sekarang masih berlangsung,” ujar Bongot.
BACA JUGA: Proteksi Keanekaragaman Hayati Indonesia Perlu Dukungan Semua Pihak
Direktur Taman Safari Indonesia sekaligus Sekretaris Jenderal Persatuan Kebun Binatang se-Indonesia Tony Sumampau menyatakan mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dalam meningkatkan populasi satwa melalui upaya konservasi ex-situ. Tony mengatakan kalau KLHK mengamanatkan kepada lembaga konservasi yang dititipkan satwa, untuk dapat meningkatkan jumlah satwa dan restocking selain dimanfaatkan untuk hiburan. “Untuk itu maka TSI selalu mencoba mengembangbiakkan koleksi satwa yang ada,” katanya.
Komodo (Varanus komodoensis) termasuk dalam 25 spesies terancam punah yang akan ditingkatkan populasinya sebesar 10 persen selama 5 tahun kedepan atau hingga tahun 2019. Komodo merupakan satwa langka yang dilindungi undang-undang sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, serta masuk dalam kategori Appendix I CITES dan Vulnerable pada The IUCN Red List of Threatned Species.
Penulis: Danny Kosasih