Jakarta (Greeners) – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta mengapresiasi aksi reaktif Gubernur DKI Jakarta bersama Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) dan Dinas Kelautan yang langsung melakukan pemeriksaan lapangan terkait ditemukannya banyak ikan yang mati di beberapa titik sepanjang pesisir pantai utara Jakarta.
Namun demikian, Elnard Peter, Kepala Departemen Kajian dan Pengembangan Walhi DKI Jakarta, menyatakan ramainya pemberitaan di media mengenai dugaan penyebab kematian massal ikan-ikan tersebut cukup disayangkan. Menurut Elnard, pemberitaan tersebut tidak berasal dari satu pintu sehingga memberikan teori ataupun dalil yang berbeda sebelum adanya hasil pembuktian yang patut.
“Contoh dugaan yang kami sayangkan adalah dugaan kematian massal ikan akibat limbah industri yang dibuang melalui sungai di Jakarta ataupun yang berasal dari kawasan hulu sungai sehingga ikan-ikan mengalami keracunan dan mati. Demikian pula dengan dugaan adanya Hidrogen Sulfida yang merupakan bahan mudah terbakar dan meledak yang tercampur dengan air laut tanpa didahului pemeriksaan spesimen air maupun bangkai ikan,” terang Elnard seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima oleh Greeners, Jakarta, Kamis (10/12).
Pada pemberitaan hasil uji laboratorium dan dari pihak Dinas Perikanan meyakini pencetus terjadinya fenomena kematian massal ikan murni disebabkan karena kombinasi suhu antara air bawah dengan air permukaan dengan korelasi kepada cuaca ekstrim.
Semestinya, kata Elnard, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melakukan pengujian laboratorium adalah BPLHD didampingi Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perikanan dan Dinas Pariwisata DKI Jakarta untuk menyampaikan perihal fenomena ledakan ganggang dan dampaknya bagi masing-masing industri, khususnya kepada kesehatan maupun keselamatan manusia.
“Perlu diketahui semua pihak bahwa WHO menemukan sekitar 300 mikro alga dalam setiap kejadian ledakan populasi ganggang atau alga. Karena peristiwa tersebut bersifat fenomenal di negara berkembang, maka promosi edukatif mulai pendidikan menengah tengah digencarkan UNICEF di negara-negara berkembang terhadap ledakan ganggang di perairan pantai seperti yang baru saja terjadi,” jelasnya.
Walhi berharap, untuk ke depan ada perbaikan nyata yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dalam pemantuan dan pengelolaan lingkungan yang proaktif dengan menyediakan situs mikro (laman web) spesifik terkait kegiatan pemantauannya seperti kondisi sungai, pantai, kualitas udara dan lingkungan lainnya yang dapat diakses publik secara real time.
“Saran kami kepada Pak Gubernur Ahok agar pelaksanaan pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup sungguh-sungguh mengikuti standar praktik internasional dengan memenuhi sertifikasi SDM pelaksana serta perangkat kerjanya,” tegas Elnard.
Sementara itu, Kepala BPLHD DKI Jakarta Junaedi, ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon mengatakan bahwa hingga saat ini masih belum ditemukan hasil dari penelitian laboratorium terkait sampel yang diambil dari air laut dan ikan mati yang terjadi di pesisir utara Jakarta beberapa waktu lalu.
“Hasilnya belum ada, ya, karena kita belum punya alat-alat atau laboratorium yang mendukung untuk itu. Jadi ada tiga pemeriksaan yang dilakukan; pemeriksaan sedimen lumpur di laboratorium Intertech, pemeriksaan sampel ikan mati di Dinas Perikanan dan kualitas air laut yang juga di Intertech. Kita kan cuma punya laboratorium untuk kualitas air waduk, air sungai, sementara kita belum punya alat dan SDM untuk memeriksa kualitas air laut,” pungkasnya.
Penulis: Danny Kosasih