Jakarta (Greeners) – Pendekatan keagamaan ditempuh untuk mendorong upaya pengelolaan dan pengurangan sampah di Indonesia. Pendekatan ini dinilai efektif mengingat Indonesia memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Salah satunya program sekedah sampah lewat Gerakan Sekedah Sampah Indonesia (GRADASI).
GRADASI berbasis masjid telah diluncurkan pada April 2021 lalu. Berawal dari 6 masjid penggerak GRADASI, kini sudah ada 100 masjid GRADASI yang tersebar di seluruh Indonesia. Tak hanya di wilayah Jawa saja, namun sudah merambah ke Gorontalo, Tapanuli, Labuan Bajo, dan daerah-daerah lainnya.
Tentunya angka ini akan semakin bertambah dengan adanya upaya kampanye dan sosialisasi untuk mengajak masjid lainnya di seluruh Indonesia turut mengaplikasikan GRADASI.
Gerakan ini mendapatkan respon positif dari masyarakat dan jamaah masjid. Hingga saat ini, tercatat sudah lebih dari 7,53 ton sampah telah terkumpul dari kegiatan GRADASI dan bernilai Rp 25,9 juta.
Jenis sampah paling banyak yang jamaah sedekahkan adalah sampah plastik, kertas, dan kardus. Adapun sampah lain yang mereka sedekahkan yaitu kaca, logam, elektronik, serta minyak jelantah.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, perubahan paradigma dan dukungan masyarakat tentang sampah penting dilakukan.
Caranya dengan komunikasi untuk memperkuat pemahaman dan kesadaran itu. Hal ini diharapkan dapat menekan sampah plastik ke ekosistem laut.
“Dengan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sampah, diharapkan dapat menjadi suatu tindakan pencegahan agar sampah, terutama sampah plastik, tidak bocor ke ekosistem laut,” kata Vivien dalam acara GRADASI di Bekasi, baru-baru ini.
GRADASI Sekedah Sampah Meluas di Seluruh Indonesia
Selain berbasis masjid, GRADASI ini juga sudah gereja, pesantren dan sejumlah sekolah dasar adaptasi dan lakukan. Pada awal Maret 2022, bekerja sama dengan Keuskupan Bogor, telah berlangsung peluncuran GRADASI berbasis gereja Katolik atau Gerakan Kolekte Sampah Indonesia.
Saat ini, tercatat sudah ada 30 gereja di Keuskupan Bogor yang telah menerapkan Gerakan Kolekte Sampah Indonesia ini dengan total sampah yang terkumpul sebanyak 6,19 ton. Tak hanya gereja Katolik saja, 5 gereja Protestan di Jakarta juga akan menerapkan GRADASI.
Sementara di pesantren dan sekolah-sekolah dasar juga banyak yang sudah mengadaptasi gerakan ini. Tercatat kurang lebih ada 98 pesantren di Jombang dan 92 sekolah di Malang yang sudah menerapkan GRADASI.
Bahkan, Universitas Brawijaya juga akan memasukkan materi terkait GRADASI sebagai bahan edukasi lingkungan dalam kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswanya. Gerakan ini pun akan terus disebarluaskan ke rumah ibadah lainnya, yaitu ke pura, klenteng, maupun vihara.
Ekosistem Pengelolaan Sampah Terintegrasi
Sementara itu, sebagai salah satu pendukung inisiatif ini, Government Relation and External Scientific Affairs Director Danone Indonesia, Rachmat Hidayat mengatakan, kolaborasi lintas sektor termasuk antara pelaku industri, pemerintah, dan juga masyarakat merupakan kunci terciptanya ekosistem pengelolaan sampah yang terintegrasi.
“Melalui komitmen #BijakBerplastik yang kami luncurkan sejak tahun 2018 yang lalu, kami terus berupaya untuk mendukung target pemerintah dalam mengurangi 70% sampah plastik di lautan. Serta menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang inklusif dan terintegrasi,” ungkapnya.
Menurutnya, inisiatif GRADASI merupakan langkah kolaborasi yang sangat baik dalam meningkatkan kerja sama lintas sektor. Sekaligus meningkatkan perhatian masyarakat terkait isu pengelolaan sampah dan dapat terus direplikasi untuk meningkatkan jangkauannya.
Meski Bekasi ikut mendukung GRADASI, Pemerintah Kabupaten Bekasi juga berkomitmen membangun tiga tempat pembuangan sementara terpadu (TPST) dan teknologi Refused Derived Fuel (RDF). Langkah ini tak hanya mengurangi permasalahan sampah, tapi menuntaskan kelebihan kapasitas atau overload di tempat pembuangan akhir (TPA) Burangkeng.
Saat ini timbulan sampah di TPA Burangkeng, Kabupaten Bekasi mencapai 2.800 ton/hari. Namun pemerintah daerah Kabupaten Bekasi hanya mampu mengangkut 800 ton/hari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Rahmat Atong menyatakan, saat ini Pemkab Bekasi akan membangun TPST dan RDF melalui kerja sama dengan KLHK. Saat ini, telah disiapkan tiga lokasi TPST, yakni di Desa Kertamukti Kecamatan Cibitung, Desa Kebalen Kecamatan Babelan dan Kecamatan Kedungwaringin.
“Kita siapkan lokasinya dulu. Karena ini merupakan langkah jangka panjang untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Bekasi,” ucapnya.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin