Jakarta (Greeners) – Sebanyak 61 pemimpin muda berusia 18-25 tahun mewakili 11 negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) melakukan ekspedisi ke lokasi pengelolaan sampah. Mereka mendatangi tempat pengelolaan sampah yang dikelola oleh Waste4Change dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang. Ekspedisi ini bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa masalah sampah di Jakarta sudah kritis.
Pendiri dan direktur eksekutif Divers Clean Action, Swietenia Puspa Lestari, mengatakan, masalah sampah laut adalah masalah yang mendesak di Asia Tenggara, di mana hanya empat negara – Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam – menyumbang hingga 60% sampah laut yang saat ini mencemari saluran air.
“Produksi plastik meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan dan mencemari air kita. Itulah sebabnya kita perlu mendorong pemuda untuk memainkan peran lebih besar dalam memerangi sampah laut,” ujar Swietenia saat ditemui di sela-sela kegiatan ekspedisi, Bekasi, pada Selasa (07/08/2018) lalu.
Ia juga mengatakan kalau para peserta YSEALI akan belajar metode terbaik untuk mengatasi tantangan dalam pengelolaan sampah, masalah sampah laut, dan menemukan bagaimana sungai menjadi faktor kunci keberhasilan dalam mencegah dan memerangi sampah laut. Para peserta juga diajak melakukan ekspedisi ke Pulau Seribu, Sungai Ciliwung, dan TPST Bantar Gebang di Bekasi untuk belajar cara memerangi dan mencegah sampah laut.
“Kunjungan ke Bantar Gebang adalah bagian dari kegiatan ekspedisi YSEALI. Kita bawa teman-teman partisipan menyusuri dari hulu sampai hilir pengelolaan sampah di Indonesia terutama di Jakarta. Kita ingin buat mereka sadar kalau kita tidak mereduksi sampah dari sekarang, tidak bertanggungjawab terhadap sampah yang kita hasilkan sekarang, dan tidak mendaur ulang akan berakhir ke TPA Bantar Gebang dan akan bertumpuk-tumpuk di sana,” ujarnya.
Selain itu, para partisipan juga melakukan ekspedisi ke pengelolaan sampah terpusat sektor privat. Menurut Swietenia , hal ini dilakukan agar para partisipan mempunyai pembanding antara proses pengelolaan sampah milik pemerintah di TPA Bantar Gebang dengan pusat daur ulang sektor privat.
“Jadi mereka benar-benar bisa langsung membandingkan metode terbaik yang bisa dilaksanakan atau yang tidak bisa dilaksanakan. Diharapkan ketika mereka kembali ke negara masing-masing, dari hasil pengalaman ini mereka mengetahui apa yang bisa diterapkan di negara mereka masing-masing, misalnya di daerah perkotaan maupun pantai maupun pulau kecil,” kata Swietenia.
Sebagai informasi, YSEALI merupakan program dari pemerintah Amerika dalam memperkuat pengembangan kepemimpinan dan jaringan di Asia Tenggara. Melalui berbagai program dan keterlibatan, YSEALI berusaha untuk membangun kemampuan kepemimpinan pemuda salah satunya di wilayah Asia Tenggara.
Penulis: Dewi Purningsih