Jakarta (Greeners) – Dari tangan bionik yang dikendalikan gelombak otak sampai barang-barang fesyen dari bekas seprai hotel, 10 finalis Young Changemakers Social Enterprise (YCSE) Academy telah menunjukkan kemampuan sebagai pelaku usaha sosial di Indonesia yang andal. Para panelis usaha sosial ini datang dari 10 kota di seluruh Indonesia dengan usaha yang mengangkat masalah sosial dan lingkungan.
Acara yang diselenggarakan oleh @America dan Campaign ini diharapkan dapat menginspirasi dan meningkatkan kualitas pemuda pelaku usaha sosial di Indonesia melalui jaringan para pelaku usaha sosial yang telah sukses. Selain itu, anak muda juga didorong untuk berani menjadi pelaku usaha sosial dengan melakukan langkah-langkah nyata, seperti kesempatan untuk meluncurkan idenya menjadi sebuah usaha yang nyata.
“Kegiatan ini kami targetkan bagi anak muda pelaku usaha sosial, karena kami percaya bahwa ada kekuatan besar dalam anak muda untuk menggerakkan Indonesia. Serta, diharapkan bisa menjadi mentor bagi anak muda lainnya. Pada hari ini terpilih 10 usaha sosial yang merupakan hasil gagasan anak muda berusia 18-35 tahun,” ujar CEO Campaign William Gondokusumo kepada Greeners saat ditemui usai acara di @America, Pacific Place, Jakarta, Sabtu (23/03/2019).
BACA JUGA: Saruga, Jalankan Konsep Ritel Minim Sampah Plastik
William mengatakan ada lebih dari 100 usaha sosial yang mendaftarkan diri ke program YCSE Academy dan berhasil melewati proses seleksi yang cukup sulit hingga 20 besar. Selanjutnya dari satu minggu proses public voting yang diikuti oleh lebih dari 2.000 partisipan akan dipilih 10 finalis usaha sosial. Usaha sosial ini diinisiasi oleh anak muda pelaku usaha sosial dari seluruh Indonesia dan bergerak dalam beragam bidang, seperti lingkungan, pengembangan masyarakat desa dan perempuan, disabilitas, kesehatan dan lainnya.
“Program ini dibuat untuk membantu anak-anak muda yang berjuang untuk membangun usaha sosial, karena kalau kita tahu membangun usaha dibidang sosial dan lingkungan ini agak sulit jadi kami membantu mereka untuk membangun team building dan koneksi usaha. Hari ini para finalis berkesempatan mempresentasikan usahanya kepada staf @America dan Kedutaan Besar Amerika Serikat, sesama pelaku usaha sosial, impact investors, media dan lainnya sebelum berkesempatan meluncurkan usahanya dalam satu tahun ini,” ujar William.
BACA JUGA: FIFest 2018 Dorong Pencapaian SDGs Pada Sektor Lingkungan
William mengatakan hari ini para panelis hanya diberikan waktu tiga menit untuk menjelaskan usaha yang sedang dirintis, dan selanjutnya akan diberikan acara sendiri untuk meluncurkan usaha sosial masing-masing kepada publik.
“Harapannya 10 tim ini akan terus berkembang dengan semua pelatihan yang diberikan dan dapat membuat panggung sendiri nantinya untuk secara resmi meluncurkan usaha mereka kepada publik. Waktu pengembangan diberikan selama satu tahun dan peluncuran usaha mereka akan tergantung kepada persiapan mereka sendiri. Di sini kami hanya memberikan dukungan dan pelatihan untuk mereka,” ujar William.
Kesepuluh usaha sosial ini yaitu House of Coconut Craft – #Cocopreneur (Environment, Community Development, and Women Empowerment), Afta B-Ionic – #TanganSejutaImpian (Equality and Empowerment), Bumi Kami – #bumikami (Environment, Community Development, Women Empowerment, and Sustainable Tourism), TRI Upcycle – #TRIforTree (Environment and Sustainable Fashion), Morimom – #MoriMom2Mom (Health, Tourism, and Women Environment), Specialpreneur – #SPECIALPRENEUR (Equality and Environment), Tani Panen – #tanipanen (Environment and Community Development), Kita Hebat – #BeVeganAct4DisadvantageNow (Environment and Nutrition), Shop141.id – #BeAZeroHungerHero (Environment and Zero Hunger), dan Papon – #GameForTourism (Environment and Tourism).
Salah satu finalis dari Pontianak, Mudina Tri Hartasya, penggagas usaha sosial Papon – #GameForTourism mengaku senang dengan kegiatan YCSE Academy yang diikutinya karena bermanfaat bagi usaha sosial, baik yang baru mulai atau sudah berjalan.
“Pelatihannya membahas semua sisi, dari segi produk, impact, dan business development. Acaranya juga penuh sama pelatihan yang dibimbing langsung sama ahlinya, enggak membosankan, justru malah sangat menyenangkan dan interaktif dan dapat feedback yang membangun,” katanya.
Penulis: Dewi Purningsih