Jakarta (Greeners) – Masyarakat Desa Balongpanggang di Kabupaten Gresik kini tengah bersiap untuk mewujudkan kampung bebas sampah atau zero waste cities. Hal itu mereka wujudkan dalam upaya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Perwujudan kampung zero waste merupakan sebuah langkah konkret dalam mengelola sampah secara lebih bijak dan berkelanjutan. Fokus utama program zero waste yakni pada pemilahan sampah dan pengelolaan sampah organik. Inisiatif ini juga merupakan hasil kerja sama antarlini dengan tim Gresik Kawasan Merdeka Sampah (GKMS), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik, dan perangkat desa.
Berdasarkan hasil analisis sampah oleh Ecological Observation and Wetland Conservations (Ecoton) di lingkup RT 01 dan RW 01 Dusun Mojoroto, sampah didominasi oleh sampah organik dan anorganik daur ulang. Bank sampah mengelola sampah anorganik tersebut, sementara warga mengelola sampah organik menjadi kompos.
BACA JUGA: DLH Kota Batu Berencana Wujudkan Kampung Bebas Sampah
“Kampung zero waste di Balongpanggang akan mengimplementasikan sistem pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Setiap warga diharapakan dapat memisahkan sampah organik dan anorganik sejak dari sumbernya. Sampah organik bisa warga kelola melalui dua metode inovatif, yakni bata terawang dan biopori,” ujar Koordinator Zero Waste Cities Ecoton, Tonis Afrianto di Gresik, Sabtu (1/6).
Lebih lanjut, Tonis menegaskan bahwa Ecoton sebagai pihak monitoring program dan warga Balongpanggang sangat antusias dengan inisiatif kampung zero waste ini.
“Kami percaya kerja sama dan kesadaran masyarakat bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan,” tambah Tonis.
Olah Sampah dengan Metode Bata Terawang
Bata terawang merupakan salah satu metode pengelolaan sampah yang sederhana. Meskipun tidak terlihat modern, metode ini efektif untuk mengubah sampah organik menjadi kompos.
Metode ini menggunakan struktur bata berlubang, sampah organik dapat mengurai lebih cepat karena pada bata terawang ada tempat masuknya oksigen. Sehingga, sampah yang warga kompos pun dapat menghasilkan pupuk alami yang bermanfaat bagi pertanian di sekitar Balongpanggang.
Sementara itu, metode biopori telah memanfaatkan lubang-lubang kecil di tanah untuk mempercepat proses dekomposisi sampah organik. Hal itu sekaligus untuk mengurangi volume sampah yang dibuang Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Biopori juga membantu meningkatkan resapan air dalam tanah, sehingga dapat mencegah banjir dan meningkatkan kualitas air tanah.
“Di setiap lingkup RT di Dusun Mojoroto, Kecamatan Balongpanggang ini sudah ada bata terawang. Sampah aktivitas dapur seperti sisa makanan dapat langsung warga masukkan ke biopori yang sudah tersedia di depan rumah warga. Ke depannya, sampah organiknya dapat warga kelola secara mandiri. Sementara, sampah anorganik daur ulangnya dimasukkan ke bank sampah yang dapat menjadi tabungan bagi masyarakat,” ujar Kader Lingkungan Dusun Mojoroto, Eka Ernawati.
BACA JUGA: Kresek Man Kampanyekan Pengurangan Sampah dari Bungkus Rokok
Sebagai bagian dari inisiatif ini, pemerintah desa, kader lingkungan, pengurus bank sampah, dan berbagai lembaga lingkungan turut mengedukasi dan melatih masyarakat tentang cara memilah dan mengelola sampah. Berbagai kegiatan sosialisasi pengambilan sampah terpilah juga terus mereka lakukan kepada petugas sampah.
Petugas sampah Desa Balongpanggang, Ipul menyatakan edukasi dan sosialisasi tentang pemilahan sampah sangat penting untuk meringankan pekerjaan para petugas sampah.
“Sampah yang terpilah itu nilainya bertambah. Produksi kompos bisa didukung dengan sampah organik dan sampah daur ulang yang bersih dapat meningkatkan bank sampah. Ini juga mendukung ekonomi sirkular,” katanya.
Pemerintah Perlu Dukung Kampung Zero Waste
Sementara itu, Tonis berharap supaya berbagai pihak terus mendukung program kampung zero waste ini. Pemerintah desa perlu mengajak semua elemen masyarakat, termasuk sektor swasta dan akademisi untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungan.
Di samping itu, berbagai upaya pengelolaan sampah juga tidak hanya pemerintah lakukan di dusun Mojoroto. Kawasan Dusun Kalianyar dan Dusun Banci juga akan meningkatkan pemahaman dan keterampilan warga dalam mengelola sampah.
“Kami merasa lebih bertanggung jawab untuk mewujudkan desa kami bersih dan mampu mengelola sampahnya sendiri. Di dusun kami, sampah organik yang sudah terkelola kami masukkan ke kebun ketapang untuk ketahanan pangan. Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, Balongpanggang optimistis menjadi contoh bagi kawasan lain dalam pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan,” ujar Kepala Dusun Banci, Ahmad Khudori.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia