Jakarta (Greeners) – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengajak generasi muda di Indonesia untuk melakukan gugatan iklim. Hal itu disebabkan dampak krisis iklim di dunia, termasuk Indonesia semakin memburuk.
Manajer Kampanye Pesisir, Laut, dan Pulau Kecil, Eksekutif Nasional Walhi, Parid Ridwanuddin menyampaikan bahwa krisis iklim secara global telah memaksa temperatur planet bumi melebihi 1,5 derajat celcius dibandingkan dengan era pra revolusi Industri.
“Di Indonesia, krisis iklim telah memperburuk kehidupan masyarakat pesisir, di mana ratusan nelayan meninggal di tengah laut. Ratusan desa pesisir juga diterjang banjir rob, puluhan pulau kecil telah tenggelam, sekaligus mengancam air serta pangan yang menghidupi masyarakat selama ini,” ungkap Parid di hadapan ratusan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah.
Dalam situasi ini, tambah Parid, seluruh masyarakat penting untuk meminta pihak yang bertanggung jawab atas krisis iklim. Sebab, krisis iklim telah mengancam kehidupan masyarakat luas, khususnya nasib generasi muda yang akan hidup pada masa yang akan datang.
“Krisis iklim ini telah merampas hak generasi muda untuk hidup layak pada masa depan. Kita harus menuntut pertanggungjawaban dari negara dan korporasi skala besar yang telah mengeruk keuntungan ekonomi tetapi mengorbankan nasib planet bumi,” jelasnya.
BACA JUGA: Film Climate Witness, Tampilkan Aksi Mitigasi Krisis Iklim di NTT
Maka dari itu, generasi muda harus terlibat aktif menghentikan krisis iklim dengan cara menjadi penggugat iklim. Generasi muda harus menuntut pertanggungjawaban negara yang memproduksi beragam kebijakan yang memperburuk krisis iklim. Kemudian, tuntutan juga perlu mereka sampaikan kepada korporasi multinasional yang telah memproduksi emisi dalam jumlah yang sangat besar dalam satu dekade terakhir.
“Pada titik ini, Walhi Nasional siap untuk mendampingi siapa pun. Terutama, generasi muda yang hendak menempuh gugatan iklim pada masa yang akan datang,” tegas Parid.
Generasi Muda Berhasil Menempuh Gugatan Iklim
Menurut Parid, pengalaman generasi muda yang berhasil menempuh gugatan iklim telah dibuktikan oleh Sophie Backsen. Ia merupakan seorang remaja dari Pulau Pellworm, sebuah pulau kecil di Utara Jerman yang terdampak krisis iklim.
Sophie berhasil menempuh gugatan iklim kepada Mahkamah Konstitusi Jerman. Ia mendesak pemerintah Jerman untuk untuk menetapkan penurunan emisi sampai nol persen pada tahun 2050.
“Saya pernah bertemu dan berbincang dengan Sophie Backsen secara pribadi di rumahnya di Pulau Pellworm. Dia menggunakan argumen keadilan antargenerasi (intergenerational justice) untuk mempertahankan pulaunya yang berusia lebih dari 300 tahun lamanya,” terang Parid.
BACA JUGA: Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya untuk Cegah Krisis Iklim
Atas dasar hal itu, Parid menyebut hal serupa dapat genarasi muda Indonesia lakukan yang merasa masa depannya terancam oleh krisis iklim. Salah satu gugatan iklim yang saat ini masyarakat Indonesia tempuh adalah gugatan iklim oleh empat orang Pulau Pari melawan Holcim, perusahaan semen terbesar di dunia yang telah memproduksi emisi Co2 lebih dari 7 miliar ton sejak tahun 1950 sampai 2021.
“Kami mengajak kawan-kawan generasi muda untuk mendukung gugatan iklim pertama di Indonesia ini. Ini merupakan gerakan penting untuk mewujudkan keadilan iklim,” imbuhnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia