Jakarta (Greeners) – Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH UGM) menanam ratusan bibit mangrove dan melakukan aksi bersih sampah di Desa Sumberagung, Kabupaten Banyuwangi. Aksi lingkungan tersebut untuk memperingati Hari Ozon Sedunia pada 16 September.
Kepala PSLH UGM, Djati Mardiatno, menyatakan penanaman mangrove sebagai langkah krusial untuk lingkungan hidup. PSLH UGM menitikberatkan pada aksi iklim dengan sebanyak-banyaknya menyediakan agen carbon capture and storage melalui penanaman mangrove.
“Kami ingin menangani perubahan iklim. Pasalnya, ekosistem mangrove–khususnya yang ada di Indonesia–mampu menyerap karbon hingga 52,85 ton karbondioksida (CO2) per hektare setiap tahun,” ungkap Djati lewat keterangan tertulisnya, Jumat (27/9)
Ia menyampaikan, ekosistem hutan mangrove berkontribusi pada kehidupan manusia. Sebab, hutan mangrove menjadi ekosistem penting untuk mitigasi bencana, khususnya apabila terjadi tsunami.
BACA JUGA: KRM Surabaya Bakal Koleksi Spesies Mangrove dari Seluruh Indonesia
“Mengingat sebelumnya di kawasan ini pada tahun 1994 pernah terjadi bencana tsunami, perlu mitigasi bencana supaya ketika suatu saat terjadi bencana serupa risikonya dapat berkurang,” tambahnya.
Berita UGM melansir bahwa para peserta menanam lebih dari 100 bibit mangrove yang terdiri dari spesies Avicennia, Bruguiera dan Rhizophora. Hendro Supeno, pegiat mangrove dari Kelompok Tani Hutan (KTH) Makmur Teluk Pangpang, memberikan penjelasan mengenai penanaman dan perawatan. Lebih dari 150 peserta telah mengikuti kegiatan penanaman dan belajar cara perawatan bibit mangrove.
Bibit-bibit mangrove yang telah ditanam akan dipantau sebanyak tiga kali selama enam bulan. Pemantauan ini untuk memastikan mangrove tersebut dapat tumbuh dengan baik.
Angkut 280 Kilogram Sampah
Setelah penanaman, kegiatan selanjutnya adalah membersihkan sampah di muara dan permukiman sekitar. Sebelum pengambilan sampah, Hartono dari Sentra Kelola Sampah (SEKOLA Emvitrust) menjelaskan cara pengambilan dan pemilahan sampah sebelum melakukan aksi bersih-bersih.
“Sampah yang bernilai jual dikumpulkan di trash bag warna oranye. Sampah yang dapat didaur ulang secara umum dikumpulkan di trash bag biru, sedangkan untuk sampah residu dikumpulkan di trash bag warna hitam,” jelasnya.
BACA JUGA: Walhi dan Dompet Dhuafa Tanam 1.000 Bibit Mangrove di Pulau Pari
Setelah itu, peserta dan relawan bergerak menuju Pantai Cemara sambil mengambil sampah di sepanjang perjalanan. Selama aksi, mereka mengajak warga setempat untuk turut serta dalam kegiatan bebersih ini.
Melalui aksi bebersih sampah ini, mereka berhasil mengumpulkan 280 kilogram sampah dari kawasan tersebut. Dari total tersebut, 63 kg adalah sampah daur ulang dan 217 kg adalah sampah residu. Sampah yang terkumpul kemudian mereka bawa ke Sentra Kelola Sampah untuk pengeloaan lebih lanjut. Pengelolaan ini bertujuan mengurangi jumlah sampah residu yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan lingkungan sekitar.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia