Jakarta (Greeners) – Udara di empat wilayah di Kota Surabaya terkontaminasi mikroplastik yang berbeda. Hal ini terbukti melalui penelitian oleh Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) pada 22 September 2023.
Wilayah tersebut meliputi sekitar Kebun Binatang Surabaya, Kedung Cowek Kenjeran, Kampus C Unair, dan sekitar Tunjungan Plaza. Perolehan mikroplastik terbanyak ada pada daerah Kedung Cowek Kenjeran.
Mikroplastik merupakan protolan, remahan, patahan, cucian plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter. Plastik tidak akan terurai dan hilang di lingkungan, hanya dapat terpecah atau terdegradasi menjadi bentuk baru yang disebut mikroplastik.
BACA JUGA: Cloud of Sea, Alat Canggih untuk Angkut Mikroplastik di Laut
“Rata-rata mikroplastik keempat lokasi tersebut adalah 14 partikel/12 cm cawan dalam waktu 6 jam,” ucap Penulis Buku “Rekam Jejak Mikroplastik”, Rafika Apriliyanti.
Sementara itu, sumber mikroplastik pada udara dihasilkan dari asap pembakaran rumah tangga, asap pembakaran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan asap kendaraan.
Tidak hanya itu, pembakaran plastik seperti ini juga telah menimbulkan dampak bagi kesehatan. Misalnya, penyakit jantung, pernafasan, saraf, sakit kepala, masalah reproduksi, hingga gangguan hormon.
Kampanyekan Polusi Mikroplastik Lewat Buku
Ecoton mengadakan launching buku bertajuk “Rekam Jejak Mikroplastik” dan modul bertajuk “Zero-Waste School” di Kota Surabaya. Peluncuran buku ini sekaligus sebagai upaya mengkampanyekan urgensi polusi mikroplastik di sungai.
Perwakilan organisasi lingkungan dan anak muda tampak hadir dalam perilisan buku tersebut. Sang penulis, Rafika mengungkapkan keunggulan bukunya adalah terdapat data grafik penelitian.
“Buku ini berisi kumpulan penelitian mikroplastik oleh Ecoton dari tahun 2019-2023, disajikan dalam bentuk data grafik penelitian. Kemudian, foto-foto menarik serta penjelasan secara teori berasal dari jurnal dan buku ilmiah,” jelasnya.
BACA JUGA: Mikroplastik Ancam Perairan di Kota Mataram
Tidak hanya itu, Rafika juga menjelaskan perihal bukunya yang berisi definisi, sumber, sifat racun, dampak berbahaya dari mikroplastik, dan metode pengambilan sampel mikroplastik. Kemudian, solusi untuk terhindar dari racun mikroplastik.
“Buku ini diciptakan untuk mengedukasi masyarakat bahwa mikroplastik itu cilik mekitik (kecil-kecil mematikan) yang menjadi transporter senyawa toxic sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia,” ucapnya.
Kenalkan Buku Bertajuk Zero Waste School
Sementara itu, buku kedua yang merupakan modul karya Firly M J bertajuk “Zero Waste School”.
“Buku ini berisi kiat-kita mewujudkan ‘Sekolah Bebas Sachet” dan edukasi kepada kader lingkungan sekolah,” jelas alumni Antropologi Universitas Airlangga tersebut.
Firly juga menjelaskan bahwa zero waste style harus di-booming-kan kepada anak-anak muda generasi milenial sebagai upaya pelestarian sungai dari ancaman polusi plastik.
“Saya mengajak anak-anak untuk peka terhadap lingkungan, terutama sampah di sekitar lingkungannya. Sebab, anak menjadi agen perubahan terhadap perilaku terhadap orang tuanya. Sehingga, gaya hidup zero waste akan menjadi kebiasaan dalam keseharian,” ucapnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mendorong pemerintah untuk menekan produksi plastik secara global. Sebab, plastik diproduksi dengan minyak bumi dan ditambahkan 10.000 lebih bahan kimia.
“Selain itu, buku ini juga mengajak berbagai pihak agar pangan di kantin sekolah bebas 5P (Pewarna, Pengenyal, Pemanis, Pengawet, dan Penyedap),” ujarnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia