Setiap kegiatan industri tak lepas menghasilkan dampak lingkungan maupun sosial. Sebagai pertanggungjawaban tersebut Tetra Pak berkomitmen untuk memastikan bahwa kegiatannya aman untuk lingkungan. Salah satunya dengan mendaur ulang dan mengumpulkan kemasan.
Tetra Pak bersama Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) berkomitmen untuk menjalankan aksi keberlanjutan di bidang lingkungan dengan mendaur ulang kemasan pasca konsumsi. Kerja sama tersebut telah berlangsung sejak 2005.
Market Sustainability Manager Tetra Pak Indonesia, Reza Andreanto mengatakan selama 15 tahun Tetra Pak melakukan riset bersama BBPK di bawah Kementerian Perindustrian. Keduanya mencari mitra pengumpul dan pendaur yang akan menghimpun kembali kemasan karton bekas. Ia menuturkan hingga saat ini total telah ada delapan mitra yang berfungsi sebagai pengumpul dan pendaur ulang.
Baca juga: Nutrifood Lakukan Kolaborasi untuk Mengelola Sampah
Kemasan karton bekas minum atau Used Beverage Carton (UBC), kata Reza, dikelola oleh mitra pendaur atau pabrik daur ulang yang bisa mengoptimalkan nilai ekonomi. “Kami menyuplai kemasan ke pemilik merek seperti Indolakto, Ultra Milk, Hydro Coco, Santan KARA, dan Sosro,” ucap Reza saat dihubungi oleh Greeners, pada Kamis, 13 Agustus 2020.
Menurutnya upaya ini sebagai komitmen industri dalam menjalankan bisnis keberlanjutan (sustainable). Dalam aksinya Tetra Pak memanfaatkan kembali material daur ulang untuk meminimalisir timbulan kemasan karton pasca konsumsi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sementara untuk kemasan karton bekas minum, menurut Reza sangat memiliki nilai ekonomi bila dikelola dengan tepat. Ia mencontohkan saat dilakukan pemilahan dari sumber, sebaiknya lipatan karton di sisi kanan, kiri, atas, dan bawah dibuka kemudian diratakan. Selanjutnya kemasan diletakkan di tempat sampah terpilah.
“Dengan begitu kemasan tersebut dapat bernilai tinggi karena tidak terkontaminan dan tetap kering,” ujarnya.
Dalam proses pengolahan, kemasan karton bekas minum dikumpulkan secara terpilah dari sumber yaitu konsumen. Selanjutnya dikelola oleh mitra pengumpul di bank sampah atau Tempat Penampungan Sementara 3R (TPS3R).
Baca juga: Bike to Work Indonesia Edukasi Pengguna Jalan Tertib Berlalu Lintas
Selesai dikelola oleh mitra pengumpul, kemasan karton diekstraksi menggunakan mesin hydropulper dengan penambahan air untuk diolah menjadi bubur kertas. “Setelah itu buburan kertasnya disedot menuju penyimpanan yang disebut chest. Sampai akhirnya menjadi stock preparation untuk produksi kertas,” kata Reza.
Tahun lalu Tetra Pak bersama beberapa mitra seperti waste4change, Eco Bali, AKN dan YAPSI mengumpulkan sebanyak 11.920 ton UBC yang dapat didaur ulang menjadi bahan baku pembuatan kertas. “Tinggal dibagi aja yang terkumpul dan terolah di pabrik daur ulang, 11.920 dibagi 57.000 hasilnya adalah kurang lebih 21 persen,” ucapnya.
Memakai Material Tersertifikasi
Reza menuturkan bahwa masih ada perspektif di masyarakat yang mengira pemakaian kemasan karton bekas minum setara dengan melakukan deforestasi. Ia menjelaskan 75 persen material kemasan Tetra Pak merupakan kertas yang memang berasal dari hutan, tetapi hutan yang telah tersertifikasi oleh Forest Stewardship Council (FSC). Lembaga tersebut dikenal sebagai organisasi internasional yang menyediakan sistem akreditasi secara independen.
“Kayu ini dipanen dari hutan-hutan lestari yang tersertifikasi oleh FSC. Itu yang dianggap sebagai standar dunia untuk mempromosikan hutan lestari,” kata dia.
Sebagai upaya menyelaraskan industri berkelanjutan, perusahaan yang didirikan pada 1951 ini juga telah menerapkan 60 persen renewelable energi di setiap pabrik. “Tahun 2030, Tetra Pak berencana untuk menuju 100 persen renewable electricity sehingga carbon emission-nya rendah,” ujarnya.
Penulis: Ridho Pambudi