Jakarta (Greeners) – Gerakan penanaman 10 juta pohon maraton pemerintah upayakan dengan menggandeng sejumlah elemen masyarakat. Hal ini menjadi salah satu upaya Indonesia menuju swadaya atau swasembada pangan.
Hal itu ditegaskan Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi.
Dalam keterangannya, Didik menuturkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa kali memberi peringatan soal krisis pangan. Hampir 40 negara telah mengalami krisis pangan.
“Supaya ini tidak terjadi di Indonesia, kita harus berupaya betul agar menjadi swadaya pangan melalui gerakan penanaman 10 juta pohon ini,” kata Didik baru-baru ini.
Ia menyampaikan dorongan itu saat rangkaian penanaman 10 juta pohon serentak SMK dan Desa Binaan Astra di Kabupaten Malang dan Ponorogo, di SMK Muhammadiyah 2 Kepanjen, Jawa Timur. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Kemenko PMK melalui PT Astra dengan mendistribusikan bibit pohon buah di beberapa lokasi di Malang dan Ponorogo.
Lebih jauh ia mengatakan, pada tahun 2020, tercatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,2 juta jiwa. Sementara pada tahun 2030 nanti, perkiraanya mencapai 300 juta jiwa bahkan bisa lebih dari itu. Tantangan terbesarnya adalah menyediakan pangan yang cukup bagi seluruh rakyat Indonesia.
Guna menyediakan pangan, selain bahan baku makanan, ketersediaan buah-buahan juga perlu mendapat perhatian. Hal ini karena banyaknya impor buah-buahan di Indonesia yang luar biasa. “Hal ini agak ironis, Indonesia yang katanya negara agraris tapi di sisi lain impor buah mencapai triliunan. Oleh karena itu gerakan 10 juta pohon ini kita banyak menanam pohon buah,” tuturnya.
Gerakan Nasional Revolusi Mental Lewat 10 Juta Pohon
Didik menuturkan, saat ini dunia sedang mengalami fenomena global warming. Dalam menghadapi musim seperti sekarang ini, gerakan penanaman 10 juta pohon yang termasuk dari bagian Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Sebuah gerakan yang perlu seluruh masyarakat Indonesia lakukan.
“Diharapkan nantinya dapat meningkatkan nilai gotong royong dan akan terjadi kemandirian pangan. Kita harus bangkit dan menuju kesejahteraan melalui gerakan revolusi mental,” ungkapnya.
Sementara itu, Kemenko PMK sebagai kementerian koordinator yang membidangi PMK menjadi penanggung jawab GNRM tentu tidak bisa berjalan sendiri.
Pembentukan Gugus Tugas GNRM di daerah sangat perlu dengan penguatan program dan kegiatan. “Revolusi Mental bukan hanya sebuah slogan atau filosofi, namun juga perlu implementasi dalam wujud aksi nyata,” tandasnya.
GNRM menurutnya, efektif jika melibatkan unsur pentahelix, meliputi pemerintah, akademisi, dunia usaha, media dan masyarakat.
“Mulai dari hal kecil saja dulu seperti gotong royong warga untuk membersihkan lingkungan RT, hingga penanaman pohon,” imbuhnya.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin