Indonesia memiliki endemisitas keanekaragaman hayati (kehati) tertinggi di dunia seperti mamalia, burung, reptil dan amfibi. Dokumen Rencana Aksi dan Strategi Biodiversitas Indonesia 2015-2020 menyebut hal itu terjadi karena keunikan geologi dan ekosistem di Indonesia.
Satwa liar endemis Indonesia perkiraannya berjumlah masing-masing 270 jenis mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptil dan 204 jenis amfibi.
Mereka memiliki peran ekologis penting di kawasan hutan. Misalnya, membantu penyebaran biji tanaman, membantu proses penyerbukan bunga secara alami dan mempertahankan keseimbangan rantai makanan.
Namun, keberadaan satwa liar di ekosistem tak luput dari ancaman kepunahan, termasuk ancaman hilangnya habitat.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengatakan, perlunya kolaborasi para pihak. Mulai dari pemerintah, universitas, LSM, hingga sektor swasta dalam upaya perlindungan dan pemantauan biodiversitas.
SMART Harapan Baru Kehati di Indonesia
Ia menyebut, metode Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) hadir dan memberikan harapan baru pelestarian keanekaragaman hayati (kehati) yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, Belantara Foundation menggelar Training-Webinar SMART Patrol secara hybrid (daring dan luring) baru-baru ini.
Mengusung tema “Menuju Perlindungan dan Pemantauan Biodiversitas yang Efektif”, kegiatan ini berkolaborasi dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan. Kemudian juga dengan LPPM Universitas Pakuan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas dan Forum HarimauKita.
“Belantara Foundation berharap pelatihan SMART Patrol ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi tentang praktik terbaik dalam upaya perlindungan dan pemantauan biodiversitas yang efektif dengan SMART Patrol,” ungkap pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan ini.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Titik Wurdiningsih mengungkapkan, Balai Besar TNLL berkomitmen melakukan penguatan dan peningkatan sumber daya pada tingkat resort. Ini meliputi penguatan personil (terutama polisi kehutanan, pengendali ekosistem hutan, dan penyuluh kehutanan) serta sarana pengelolaan.
“Kami berharap pelatihan ini dapat memperkuat implementasi resort based management (RBM) dalam sistem pengelolaan kawasan TNLL yang lebih efektif dan efisien,” imbuhnya.
Kewajiban Tridarma Perguruan Tinggi
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan Universitas Pakuan Eri Sarimanah menyebut, akademisi dan perguruan tinggi memiliki kewajiban “Tridarma Perguruan Tinggi”.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya tersebut, akademisi diharapkan dapat membantu dalam mengarusutamakan isu-isu terkait biodiversitas di Indonesia.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, Haidir mengatakan, pengelolaan dan memperbarui data kondisi kawasan hutan dan biodiversitas merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan taman nasional.
“Untuk melakukan pengelolaan data, saat ini telah ada sistem SMART. Ini relatif mudah sebagai salah satu skema dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi,” ucapnya.
Penulis: Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin