Jakarta (Greeners) – Kabupaten Siak di Provinsi Riau terkenal dengan kekayaan tanaman nanasnya. Menyadari potensi ini, Sentra Kreatif Lestari Siak (SKELAS) melalui program Inkubasi Bisnis Lestari Siak (KUBISA) melatih pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mengembangkan berbagai produk olahan dari nanas mahkota.
Secara tradisional, kelompok wanita tani di Siak telah memanfaatkan nanas mahkota ini untuk membuat berbagai produk, seperti jeli, sirup, dan selai. Untuk mengembangkan potensi tersebut, SKELAS, yang juga merupakan komunitas dan tempat penjualan produk unggulan khas Kabupaten Siak, ikut berperan dalam mengolah kembali nanas mahkota. Salah satunya adalah menciptakan minuman kaleng dengan kombinasi rasa asam, manis, dan segar.
“Kami pun berpikir, bagaimana jika menjadikan kemasan ready to drink? Sebab, saat Lebaran, warga Siak biasanya menyajikan minuman kaleng,” ungkap Inisiator SKELAS Cerli Febri lewat keterangan tertulisnya, Jumat (20/9).
BACA JUGA: Nanas Mahkota Siak dari Riau Bakal Jadi Santapan Baru di Jakarta
Meskipun terkendala mesin sewaan yang kecil dan biaya bahan baku yang tinggi, minuman nanas yang dikembangkan oleh UMKM berlabel Pinaloka ini sangat diminati masyarakat. Selain itu, Pinaloka juga mengembangkan selai nanas menjadi variasi selai isian dan oles, tetap dengan menggunakan produk dari kelompok wanita tani. Nanas mahkota siak yang petani tanam berfungsi juga sebagai pencegah kebakaran.
Di bawah pimpinan Cindi Shandoval, Pinaloka berupaya meningkatkan perekonomian warga Siak dengan membeli produk dari kelompok wanita tani dalam bentuk sirup. Kemudian, Pinaloka mengolahnya menjadi minuman kaleng, serta membeli buah nanas untuk produk lainnya.
Cerli menjelaskan bahwa nanas mahkota siak adalah salah satu tanaman yang banyak ditanam oleh petani, berfungsi sebagai pencegah kebakaran. Selain baik untuk lahan gambut, pemerintah juga ingin mengkampanyekan nanas sebagai bahan pangan lokal, bersanding dengan padi dan jahe.
Kembali Membawa Tradisi Menganyam
Sementara itu, pelatihan oleh SKELAS ini fokus menyasar pada anak muda berusia 18 hingga 35 tahun. Tujuannya untuk mendorong anak-anak pelaku usaha agar mengikuti program dan menerapkan pengetahuan baru yang mereka peroleh untuk usaha keluarganya.
Tidak sekadar itu, SKELAS juga mengajak generasi muda kembali menyukai anyaman daun pandan. Sebab, tradisi menganyam sudah mulai terlupakan. Saat ini, hanya sedikit orang muda yang berminat menekuninya.
BACA JUGA: Alegro Craft Kreasikan Pandan Menjadi Tas Cantik
Cerli menjelaskan bahwa menganyam pandan adalah salah satu tradisi wanita Melayu. Beberapa jenis pandan, termasuk pandan berduri sering dianyam, tetapi yang umum digunakan oleh wanita di Siak adalah pandan biasa. Produk yang penganyam hasilkan biasanya berupa tikar, besek, atau tas untuk membawa beras saat ada warga yang meninggal.
SKELAS Buat Benang dari Daun Nanas
Masyarakat Kabupaten Siak, meskipun memiliki kekayaan tanaman nanas, tatapi kebanyakan dari mereka hanya memanfaatkan buahnya saja dan belum ada yang memanfaatkan limbah daunnya. Padahal, di beberapa daerah lain, serat daun nanas telah dimanfaatkan untuk membuat kain. SKELAS mendorong pemanfaatan kembali serat daun nanas melalui Pinaloka dan Lab Inovasi Siak.
SKELAS memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mencoba membuat benang dari serat daun nanas. Dalam kegiatan ini, SKELAS juga menjalin kolaborasi dengan usaha tenun.
“Hanya saja, serat itu baru digunakan untuk membuat motif-motif pada tenun khas Siak. Motifnya kecil, karena daun nanas tidak panjang. Selain itu, belum ada mesin pemintal khusus. Jadi, mereka menggunakan campuran kain tenun benang biasa dan benang dari serat daun nanas,” kata Cerli.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia