Jakarta (Greeners) – Baru-baru ini, Organisasi Pantau Gambut mengadakan pameran dan diskusi bertema “Gambut di Kala Senja” yang mereka selenggarakan di Kala, Kalijaga, Jakarta Selatan. Acara untuk menyerukan pentingnya melindungi dan melestarikan ekosistem gambut yang mempunyai peran penting dalam pencegahan krisis iklim.
Lahan gambut mampu menampung sekitar 30 % total jumlah karbon global agar tidak terlepas ke udara. Gambut pun punya fungsi lainnya bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat.
Campaign Manager Pantau Gambut Dimas Hartono mengatakan, selain pemangku kepentingan, acara ini juga menyasar publik secara luas. Tepatnya sebagai ruang interaksi antara penggiat ekosistem gambut dengan publik yang belum pernah menjumpai gambut secara langsung.
“Pantau Gambut juga berupaya meningkatkan kesadaran publik tentang pemulihan gambut. Terutama warga pulau Jawa dan kota-kota besar lainnya yang ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang gambut dan pentingnya pelestarian ekosistem gambut,” kata Campaign Manager Pantau Gambut Dimas Hartono dalam keterangannya.
Menurutnya, pengetahuan tentang gambut menjadi langkah awal sebelum masyarakat bisa ikut aktif dalam pengadvokasian upaya perlindungan gambut.
Seniman dan Aktivis Dukung Pameran
Beberapa seniman dan aktivis lokal seperti Ojosh, stand up comedian Mamat Alkatiri, personel band G-Pluck Awan Garnida. Lalu Johan Haha juga turut meramaikan pameran bertemakan edukasi pelestarian gambut ini.
Pameran dan diskusi Gambut di Kala Senja terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama, terdapat diskusi tentang gambut bersama WALHI Eksekutif Nasional. Pada kesempatan ini mereka membahas mengenai pelibatan anak muda dalam upaya penyelamatan ekosistem gambut.
Sementara pada sesi kedua, terdapat aksi teatrikal oleh Johan Haha dan mimbar bebas atau mitra jejaring Pantau Gambut dari tujuh provinsi berbeda di Indonesia. Teatrikal ini membahas mengenai kondisi terkini ekosistem gambut dari wilayahnya masing-masing.
Sebagai salah satu pengisi acara, Ojosh menyebut semua orang berhak mendapatkan informasi tentang isu gambut secara menarik dan atraktif. Termasuk juga masyarakat perkotaan yang tinggal di Pulau Jawa.
“Isu gambut ini enggak terlalu kedengaran di Pulau Jawa. Tapi, teman-teman di sini juga harus tahu tentang gambut,” imbuhnya.
Selain mengundang seniman dan aktivis, Pantau Gambut juga menggelar pameran lukisan digital untuk menggambarkan ekosistem gambut menggunakan model ilustrasi yang jenaka. Pembawaan pesan dengan gaya visual ini harapannya menjadi medium yang atraktif namun dapat publik terima dengan mudah dan baik.
Penulis: Zahra Shafira
Editor : Ari Rikin