Jakarta (Greeners) – Para pemuda yang tergabung dalam kelompok mahasiswa pengamat burung dan pecinta alam dari berbagai Universitas di Jakarta melakukan penghitungan burung air di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) dan Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara. Penghitungan atau sensus ini dalam rangka memperingati Asian Waterbird Census (AWC) 2016, pada Sabtu (30/01) kemarin.
“Tujuan dilakukannya kegiatan tersebut adalah sebagai proses pengumpulan data informasi tahunan mengenai populasi burung air di lahan basah (wetland). Keberadaan burung air di suatu kawasan juga dapat dijadikan sebagai indikasi lingkungan yang masih baik,” ujar Mutia Afianti, mahasiswa Biologi Universitas Nasional yang juga Ketua Kelompok pengamat burung Biological Bird Club “Ardea” Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta.
Dari hasil pengamatan yang dimulai sejak pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB, sebanyak 18 jenis burung air berhasil didata, diantaranya burung kokokan laut (Butorides striatus), cangak abu (Ardea cinerea), pecuk-padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster) dan beberapa jenis burung air lainnya.
Peserta AWC di Jakarta tahun ini diikuti oleh para pemuda yang peduli dengan lingkungan, diantaranya Biodiversity Warriors, Yayasan BScC Indonesia, dan Kelompok penggiat lingkungan lainnya. Selain itu, hadir pula peserta dari kelompok studi dari berbagai Universitas, diantaranya Biological Bird Club (BBC) Ardea Fakultas Biologi Universitas Nasional, KPB Nycticorax Universitas Negeri Jakarta, KPB Nectarinia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Kelompok Studi Hidupan Liar (KSHL) Comata Universitas Indonesia dan Mapala Universitas Terbuka.
AWC atau penghitungan burung air secara global merupakan program tahunan yang digelar pada minggu kedua dan ketiga di bulan Januari. Namun, di Indonesia penghitungan dan pendataan dapat dilakukan sepanjang bulan Januari yang hasilnya dicatat ke dalam lembar formulir dan hasilnya akan dilaporkan secara serentak dari berbagai dunia melalui lembaga International Waterbird Census. Kegiatan ini juga sebagai media kampanye kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kawasan lahan basah bagi kehidupan manusia ataupun makhluk hidup lainnya.
Penulis: Ahmad Baihaqi/Indonesia Wildlife Photography