Jakarta (Greeners) – Labuan Bajo destinasi wisata di Timur Indonesia menyimpan segudang keindahan alam juga permasalahan lingkungan. Melihat masalah tumpukan sampah di kawasan ini para pelaku bisnis tertarik membuat program lingkungan berkelanjutan. Berkolaborasi bersama World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, Artotel Earth melakukan kampanye kreatif untuk menyadarkan masyarakat agar lebih peduli lingkungan.
Artotel Earth bekerja sama dengan seniman Yogyakarta Mulyakarya menciptakan karya seni daur ulang plastik dan komik singkat berjudul “Boli di pulau Komodo”. Komik karangan Yudha Sandy tersebut bercerita tentang perjalanan balas dendam botol plastik yang dibuang ke laut oleh manusia. Karya seniman Mulyakarya akan dipamerkan di seluruh Artotel di Indonesia.
“Ide awalnya adalah reduce plastik, tapi karena konsep Artotel mengusung seni, maka medianya dibuat komunikatif agar orang-orang tertarik untuk mengurangi plastik,” kata Yulia Maria Asisten Director Marketing Communication Artotel Group.
Baca juga: Kartun Lingkungan
Ia mengatakan tidak hanya pameran, tapi juga ada video dokumenter mengenai Labuan Bajo yang akan diputar di seluruh Artotel Group. ”Video ini memang disiapkan untuk menjadi program kampanye Artotel Group terhadap pengurangan sampah plastik,” ucap Yulia.
Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai mencatat, kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo per tahun mengalami peningkatan. Di tahun 2016, misalnya, jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 54.335 orang. Sedangkan wisatawan nusantara sebesar 29.377. Tahun 2017, wisatawan mancanegara naik 18,42 persen menjadi 66.601 orang, sementara wisatawan nusantara naik 32,55 persen menjadi 43.556 pengunjung.
Baca juga: Attero, Cara Seniman Jalanan Kota Lisbon ‘Bicara’ Soal Sampah
Meningkatnya kunjungan wisatawan setiap tahun, sayangnya tidak meningkatkan kualitas kebersihan di Labuan Bajo karena masalah sampah masih sangat memprihatinkan. Dalam satu hari, contohnya, kawasan wisata di Bajo dapat memproduksi sampah sebanyak 12,8 ton. Jumlah ini berbanding terbalik dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPS) yang hanya memiliki ukuran 25 meter x 90 meter dan tidak cukup untuk menampung sampah per hari.
Deputi Director Partnership WWF Indonesia, Mia Fitri, mengatakan ingin sekali mewujudkan wisata yang bertanggung jawab, sebab, pariwisata merupakan sektor yang dikembangkan ke depan. Ia menyambut para pelaku bisnis yang mulai peduli terhadap lingkungan. “Intinya kami membantu pelaku bisnis untuk bisa mencapai indikator-indikator keberlanjutan yang sudah ditentukan,” ujarnya.
Menurut Mia, dengan adanya kesadaran dari para pelaku bisnis dan wisatawan, hal tersebut akan menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap pariwisata Indonesia. “Mereka akan mendapat manfaat dari daerah yang dikembangkan jika mereka saling bertanggung jawab menjaga tempat wisata,” kata dia.
Penulis: Ridho Pambudi