Jakarta (Greeners) – Ketergantungan penggunaan plastik sekali pakai di masyarakat masih tinggi. Hal ini berdampak serius ke lingkungan. #AsikTanpaSampahPlastik hadir sebagai gerakan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna mengatakan, berbagai langkah pengurangan sampah plastik telah dilakukan. Akan tetapi, efektivitas pengurangan sampah plastik masih kurang. Padahal sampah plastik termasuk dalam 10 permasalahan global pada dekade ini. Melalui aksi kecil #AsikTanpaSampahPlastik, ia berharap akan berdampak besar terhadap lingkungan.
“Tujuan kampanye ini yaitu bagaimana agar penggunaan plastik seminimal mungkin agar bumi kita selamat dan bisa dimanfaatkan oleh generasi mendatang. Juga bisa terhindar dari bencana akibat sampah ini,” katanya dalam Konferensi Pers Gerakan #AsikTanpaSampahPlastik, di Jakarta, Rabu (20/4).
Gerakan ini sekaligus menyongsong peringatan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April. Adapun tema Hari Bumi tahun ini yakni “Invest In Our Planet”. Dolly menyebut, tema tersebut relevan dengan kampanye aksi pengurangan sampah plastik yang selama ini mereka lakukan.
Apabila tidak ada aksi, ia perkirakan sampah plastik akan menumpuk hingga 240 juta ton pada tahun 2040. “Gerakan skala kecil dan masif dalam pengurangan sampah plastik ini diharapkan berdampak besar pada keberlanjutan bumi kita,” ungkapnya.
Selama ini, beragam aksi pengurangan sampah plastik telah banyak masyarakat buat. Perayaan hari raya, Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha juga bisa berkontribusi besar terhadap peningkatan sampah plastik. Namun #AsikTanpaSampahPlastik di momen Idul Adha misalnya, mensubstitusi kantong plastik daging dengan daun untuk wadah daging dapat mengurangi timbulan sampah plastik.
Memulai Gerakan Tanpa Plastik Saat Momen Peribadatan
Aktivis Kemanusian Dompet Dhuafa, Arief Rahmadi Haryono menyatakan keprihatinannya. Momen perayaan ibadah yang seharusnya mampu meningkatkan nilai-nilai kebaikan, baik pada manusia dan lingkungan. Namun terkadang kondisinya berbeda.
Masyarakat semakin menunjukkan sikap konsumtif seiring banyaknya transaksi yang telah mereka lakukan. “Padahal agama memerintahkan untuk menjadi sederhana, aware terhadap lingkungan. Ini menjadi keprihatinan, harusnya momen ini menjadi perubahan akan perilaku kita,” imbuhnya.
Lebih jauh, ia menyebut bahwa pemanfaatan bahan-bahan substitusi plastik sejatinya bukan hal asing pada masyarakat Indonesia. Khususnya, di pedesaan dan daerah-daerah yang masih memanfaatkan bahan organik.
Misalnya seperti, besek, serta rotan sebagai wadah makanan. “Ini bukan saja mengurangi sampah plastik tapi memanfaatkan kekayaan lokal berdasarkan sumber daya alam yang ada,” ujar dia.
#AsikTanpaSampahPlastik Bisa Lestarikan Budaya Lokal
Melalui gerakan tanpa plastik, juga akan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kekayaan sumber daya alam lokal lainnya. Hingga akhirnya menumbuhkan kecintaan pada sumber daya lokal.
Arief juga menyebut hal yang sama berlaku pada masyarakat kota yang telah akrab dengan penggunaan bahan-bahan yang biasa dipakai ulang. Misalnya penggunaan tempat makan, tumbler, hingga sedotan stainless steel. Langkah kebiasaan ini harapannya dapat berpengaruh terhadap pengurangan sampah plastik sekali pakai di masyarakat.
Head of Program Greeneration Foundation Fahrian Yovantra menyatakan, penggunaan, pemakaian, dan pembuatan plastik berimbas pada perubahan iklim. Pendekatan sistematik antara pihak pemerintah, produsen dan masyarakat harus menjadi solusi untuk mencapai tujuan bersama pengurangan sampah plastik.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin