Jakarta (Greeners) – Komunitas Seangel bersama Relawan Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menggelar kegiatan brand audit di Teluk Palu. Mereka mengumpulkan 200 spesimen sampah plastik dan sachet. Kegiatan ini untuk mengetahui brand mana saja yang sampahnya berakhir di Teluk Palu.
“Kami memungut sampah plastik yang ada di Teluk Palu. Kemudian mengumpulkan sampah di sepanjang Teluk Palu,” jelas Koordinator Komunitas Seangel Abizar Ghiffary dalam keterangan resminya baru-baru ini.
Brand audit ini berlangsung pada 16 Oktober 2022 lalu di sejumlah kawasan yaitu Pantai Dupa Layana Indah dan Pantai Talise di Kota Palu serta, Kawasan Wisata Mangrove Kabonga dan Pantai Tanjung Karang di Donggala.
Peneliti ESN Prigi Arisandi menuturkan, sampah-sampah yang menumpuk di pantai Teluk Palu berupa sachet packaging makanan minuman, produk personal care dan botol air minum.
Prigi menyebut dari kegiatan ini berhasil mengumpulkan sebanyak 200 spesimen sampah plastik yang berasal dari sampling sampah berbagai kawasan tersebut. Dengan lebih dari 70 % sampah yang mereka kumpulkan merupakan sampah sachet.
“Kami memungut sampling sampah di ke empat pantai dan mengumpulkan sebanyak 200 spesimen sampah plastik. Dan yang paling banyak kami temukan adalah jenis sampah sachet sekitar 72 % dari total sampah yang berhasil kami pungut,” ungkap Prigi.
Lima Produk Hasilkan Sampah Sachet Terbanyak
Hasil temuan dari kegiatan ini yaitu terdapat lima produsen yang sampahnya banyak tim temukan di Teluk Palu. Pertama adalah produk-produk PT Wings seperti Soklin, Mie Sedap, dan beberapa bungkus snack.
“Jenis sachet yang paling banyak ditemukan berasal dari produk-produk PT Wings seperti Soklin, Mie Sedap, dan beberapa bungkus snack.” terangnya.
Produsen kedua yaitu Unilever dengan sampah produk seperti Rinso, Pepsodent, hingga Sunsilk. Kemudian diikuti produsen lainnya seperti Indofood, Mayora dan Garudafood.
“Sedangkan peringkat kedua penyumbang sampah yang mencemari Teluk Palu adalah bungkus personal care dari PT Unilever seperti Rinso, Pepsodent, Rexona dan Sunsilk,” tandasnya.
Kegiatan ini mereka laksanakan dalam rangka melakukan pembersihan pantai dan terumbu karang dari sampah plastik.
”Selama ini komunitas Seangel rutin melakukan kegiatan bersih-bersih pantai dan terumbu karang dari sampah plastik,” tutur Penggiat Seangle Palu Abrar Mujahiddin.
Bisa Ancam Mangrove dan Terumbu Karang
Abrar menyebut apabila sampah plastik yang mencemari pantai terus terjadi maka dapat berdampak pada matinya mangrove dan terumbu karang yang sedang dikembangkan.
“Kami terpanggil untuk menyelamatkan terumbu karang dan mangrove. Oleh karena itu kami rutin setiap minggu membersihkan terumbu karang dan mangrove dari jeratan sampah plastik” kata Abrar.
Sampah-sampah plastik akan menjerat dahan-dahan mangrove yang akan tumbuh. Sampah plastik yang semakin bertambah jumlahnya akan berdampak pada matinya terumbu karang.
Sebab sampah-sampah plastik seperti sachet, styrofoam dan tas kresek menutupi terumbu karang dan menyebabkan kematian.
Penulis : Fitri Annisa
Editor : Ari Rikin