Jakarta (Greeners) – Untuk mendekatkan dan mengenalkan eco fashion ke generasi muda, Ramu Reramban membuat kegiatan ecoprint dengan teknik hapazome. Teknik ini memukul media cetak dengan palu dan kain blacu.
Kegiatan ini Reramban gelar selama 10 hari di Begawan Apartement, Malang, Jawa Timur. Sambil membuat karyanya, pengunjung dipandu oleh EDNA Team, kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Mereka adalah kelompok yang berkolaborasi dengan brand fesyen lokal, Reramban Ecoprint.
Palu, talenan, dan dua lembar kain blacu penyelenggara sediakan bagi pengunjung. Mereka dapat langsung menata sesuka hati beberapa daun dan bunga yang telah disiapkan di atas kain blacu. Kain blacu pun ditutup dan dipukul-pukul dengan palu hingga pola dari daun yang sudah ditata muncul pada kain penutup dan kain alasnya.
Sesudah itu akan muncul dua hasil cetakan yakni pada kain penutup dan juga alas. Uniknya pengunjung juga bisa menyematkan catatan-catatan kecil untuk sahabat, pasangan, atau diri sendiri. Karya yang telah dibuat pun bisa mereka bawa pulang.
Di balik Ecoprint On The Spot
Dari teknik hapazome, warna daun dapat ‘ditransfer’ kepada kain. Sebelumnya kain blacu telah Reramban bersihkan dan rendam dengan air tawas selama satu malam. Kemudian, kain tersebut diangin-anginkan.
Unsur logam pada tawas itulah yang bertugas mengikat zat warna pada daun ke media kain. Hasil juga jadi lebih maksimal jika kain yang digunakan terbuat dari 100% bahan alami. Daun, batang, atau bunga yang digunakan juga tidak dapat sembarangan.
Pewarna alami harus memiliki kadar air yang pas, tidak terlalu banyak, maupun terlalu sedikit. Sedangkan, untuk membuat produk-produk ecoprint dengan kualitas tinggi dan siap jual diperlukan kombinasi zat logam, teknik, dan daun yang sudah diuji.
“Jujur ini pertama kali aku buat ecoprint. Enggak kepikiran sih aku bisa bikin langsung gini,” kesan Putra, salah satu pengunjung Begawan Apartment yang turut mencoba membuat ecoprint on the spot di acara Ramu Reramban.
Berangkat dari Keresahan
Ramu Reramban berangkat dari keresahan owner Reramban Ecoprint akan lemahnya kesadaran anak muda terhadap fesyen berkelanjutan dan ecoprint. Dari hasil riset tim mahasiswa Ilmu Komunikasi kepada 234 anak muda di Malang Raya, 40 % di antaranya masih menganggap ecoprint mudah luntur dan tidak akan bertahan lama.
“Sebetulnya ada banyak cara untuk menjaga lingkungan dari kita berpakaian. Cukup dimulai dengan upcycle baju yang kita miliki dan tidak melulu beli item fashion hanya karena tergiur dengan harga. Hal itu sudah membantu lingkungan kita jadi lebih baik.” jelas Pemilik Reramban Ecoprint Evi Kurni.
Gerakan ini muncul untuk memotivasi masyarakat agar memilih pakaian dengan bahan yang tahan lama, desain tidak lekang oleh waktu, dan menggunakan pakaian lama kembali.
Harapannya, anak muda jadi lebih paham mengenai cara menjaga lingkungan dan menerapkan green living dari sisi berpakaian.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin