Bandung (Greeners) – Puncak perayaan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) Ke-60 di Kota Bandung telah usai dengan dilakukannya historical walk menyusuri jalan menuju Gedung Merdeka. Sayang, napak tilas yang dilakukan oleh 22 kepala negara atau pemerintahan itu dilakukan dengan pengamanan ekstra ketat sehingga masyarakat tidak bisa menyaksikan secara langsung meskipun berada di lokasi yang sama.
Untuk menebus semua itu, pihak Museum Asia Afrika dan Pemerintah Kota Bandung memberikan sebuah acara hiburan yang tidak kalah seru dan bisa dinikmati oleh seluruh warga Bandung. Kepala Museum KAA, Thomas Ardian Siregar mengatakan bahwa ada parade Asia-Afrika yang diikuti oleh 400 peserta dari dalam dan luar negeri yang dapat disaksikan oleh masyarakat Bandung pada Sabtu (25/04) pagi. Dalam parade ini, para peserta menampilkan kostum dari daerah masing-masing negara.
“Acara ini dimulai pada pukul 08.00-12.00 WIB. Pesertanya banyak anak sekolah dan sahabat museum yang berparade ke tempat-tempat bersejarah,” jelasnya kepada Greeners saat dihubungi melalui sambungan telepon,” Bandung, Sabtu (25/04).
Setelah itu, lanjutnya, pada pukul 13.00-17.00 WIB acara dilanjutkan dengan karnaval kostum dan perkusi dengan rute Bank Bukopin lalu melintasi Asia Afrika, belok ke Cikapundung Barat, Naripan, Braga pendek dan kembali ke Simpang lima. Gelaran akan ditutup pada pukul 19.00-21.00 WIB dengan menampilkan video mapping dari tim Sembilan Matahari di depan Gedung Merdeka.
“Video mapping ini berjudul “1955: The New Asia and Africa” dan akan membawa para penonton kembali ke masa Konferensi Asia Afrika pertama 60 tahun yang lalu. Pokoknya, enggak kalah seru kok,” tambahnya.
Sedangkan untuk kenyaman dan keamanan peserta dan penonton, pihaknya akan menyiapkan pagar besi sebagai pembatas antara warga dan peserta parade untuk mengantisipasi agar penonton tidak tercampur dengan peserta.
Penulis: Danny Kosasih