PT Badak NGL melakukan pemantauan terhadap lingkungan dan pelestarian keanekaragaman hayati di sekitar lingkungan industri. Upaya tersebut dilakukan untuk meminimalisir dampak lingkungan yang dihasilkan akibat proses pembuatan gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG).
Senior Manager, Corporate Communication Department PT Badak NGL, Yuli Gunawan mengatakan program konservasi hayati dilakukan di laut, pesisir, dan daratan atau hutan. Ia mengatakan untuk tiap lokasi memiliki fokus kegiatan yang berbeda.
Untuk di laut, misalnya, dilakukan pemantauan terhadap terumbu karang. Sementara di pesisir, industri turut melestarikan tanaman bakau atau mangrove. Sedangkan di daratan, kegiatan yang dilakukan berupa pengembangan tanaman endemis Kalimantan salah satunya kayu ulin. “Kita upayakan untuk tetap dilestarikan,” ucap Yuli saat dihubungi Greeners, pada Rabu, (26/8) lalu.
Baca juga: EcoNusa Gelar Konser Virtual untuk Hutan dan Masyarakat Adat
Industri yang mengolah gas alam cair ini terletak di antara pesisir pantai dan kawasan Taman Nasional Kota Bontang, Kalimantan Timur. PT Badak NGL sendiri memiliki kawasan hijau termasuk hutan alam seluas 7 hektare yang berbatasan dengan hutan di Kawasan Konservasi Taman Nasional Kutai.
Prihtyasiwi Ramdhani, Safety Health, Environmental, and Quality (SHE&Q) Internal Auditor PT Badak NGL mengatakan, meski tidak mudah untuk menjaga hutan alam, lembaganya berusaha untuk melindungi tanaman-tanaman lokal di sekitar kawasan. “Untuk yang dilindungi, yang tercatat ada (pohon) ulin, meranti merah, dan gaharu,” ujarnya.
Upaya konservasi flora juga dilakukan PT Badak NGL dengan membentuk Laboratorium Kultur Jaringan yang dikhususkan untuk pemeliharaan tanaman anggrek. Adapun jenis yang dilindungi, yakni anggrek hitam Kalimantan dan anggrek kelik. “Fokusnya banyak di anggrek, tetapi tidak menutup ke tanaman yang lainnya,” ucap Siwi.
Selain itu perusahaan juga memfasilitasi mahasiswa di sekitar kawasan untuk melakukan penelitian di laboratorium tersebut agar dapat sama-sama belajar mengenai flora.
Bekerja Sama dengan Sejumlah Lembaga
Lokasi perusahaan yang berada di sekitar hutan alam, membuat PT Badak NGL kerap menemukan orang utan dan bekantan. Dalam sekali jalan, kata Siwi, dapat ditemukan sekitar 20 sarang orang utan. “Kita bekerja sama oleh pihak ketiga untuk memonitoring orang utan karena hutan di luar semakin sempit dan orang utan mulai mendekat ke permukiman,” kata dia.
Adapun untuk pengembangan terumbu karang, perusahaan yang didirikan pada 1974 ini juga berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur. Kegiatan tersebut dilakukan di Karang Segajah maupun kawasan perairan laut yang masih mencakup kawasan industri.
Baca juga: Tetra Pak Jalankan Aksi Keberlanjutan Lingkungan Selama 15 Tahun
Perusahaan juga menggandeng komunitas mitra binaan bernama masyarakat kreatif pesisir (maskapai) dan Badak Diving Club untuk memantau terumbu karang. Siwi menambahkan kawasan transplantasi terumbu karang dilakukan di kawasan seluas dua hektare yang masih termonitoring di sekitar perusahaan.
Sementara untuk pelestarian mangrove di sekitar pesisir pantai, kata Siwi, PT Badak NGL membina masyarakat agar memanfaatkan pohon bakau secara tebang pilih. “Sebelumnya bakau ditebang untuk jebakan ikan, kita akhirnya mencoba agar mangrove itu bisa bermanfaat bagi masyarakat dengan mengolah buahnya menjadi makanan seperti dodol dan sirup,” ucapnya.
Penulis: Ridho Pambudi