Jakarta (Greeners) – Bambu merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki sejuta manfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Layaknya pohon kelapa, semua bagian pohon bambu dapat masyarakat manfaatkan, mulai dari bahan bangunan, furnitur hingga sumber makanan.
Sebagai negara megabiodiversity, Indonesia memiliki kurang lebih 176 spesies bambu atau 10 % dari keseluruhan spesies bambu di dunia. Sekitar 50 % di antaranya merupakan tumbuhan endemik Indonesia. Dari waktu ke waktu, penggunaan tanaman bambu di Indonesia pun cukup dekat dengan masyarakat, terlebih masyarakat di perdesaan.
Namun sayangnya, pemanfaatan tersebut belum maksimal dan belum masif. Bahkan, sebagai negara kaya akan bambu, Indonesia masih dalam kategori terbelakang dalam pemanfaatan tanaman bambu secara global.
Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Sarwono Kusumaatmadja juga membenarkan hal ini. Menurutnya, kurangnya pemanfaatan bambu di Indonesia salah satunya karena data dan edukasi pada masyarakat luas yang belum memadai.
“Daya guna bambu akan selalu meluas dari waktu ke waktu. Jadi kita perlu meningkatkan pemahaman mengenai bambu untuk mengetahui bagaimana kontribusi bambu dalam kehidupan terutama lingkungan,” papar Sarwono dalam Podcast Pojok Iklim “Keunikan Peran Bambu untuk Aksi Iklim” Rabu (8/2).
Berbagai Manfaat Bambu Dalam Perubahan Iklim
Manfaat bambu beragam, tidak hanya sebagai penggerak ekonomi. Salah satu kontribusi bambu yang seharusnya banyak Indonesia terapkan adalah penggunaannya sebagai solusi mengurangi dampak perubahan iklim.
Selain memiliki masa pertumbuhan yang cepat, bambu terbilang tanaman yang mudah beradaptasi atau dapat ditanam di berbagai kondisi lahan. Hal ini membuat bambu mampu merehabilitasi lahan yang belum stabil atau terdegradasi.
Analisis Kerja Sama Teknik Standardisasi Pusat SIKBPI Desy Ekawati menyebut, apabila dimanfaatkan secara optimal, tanaman bambu dapat berperan dalam konservasi tanah dan air, serta mitigasi bencana ekologis, longsor, dan kekeringan.
Sama seperti mangrove, lahan tanah yang menjadi tempat tumbuh bambu pun menjadi sangat stabil dan tidak mudah terkena erosi. Bambu juga dapat menyerap karbon dioksida.
“Bambu bisa menyerap CO2, itu adalah peluang kita dapat mengatasi emisi yang ada saat ini,” imbuh Desy.
Strategi Nasional dan Pemanfaatan
Demi terwujudnya peran bambu dalam meminimalisir perubahan iklim, saat ini pemerintah tengah menggencarkan beberapa program untuk memaksimalkan manfaat rumput raksasa ini. Salah satunya bekerja sama dengan organisasi non-profit Yayasan Bambu Lestari (YBL).
Executive Director Yayasan Bambu Lestari, Monica Tanuhandaru mengatakan, saat ini mereka tengah menjalankan program pengembangan bambu dengan gerakan ketahanan desa. Melihat bambu dapat berperan dalam mitigasi bencana, program ini ia harapkan dapat memberikan cadangan bambu di setiap desa atau daerah rawan bencana.
Dengan begitu, setiap desa akan mengolah baik untuk ketahanan pangan, bahan dasar pembangunan, ataupun pencegahan dampak perubahan iklim. Tentu dengan edukasi cukup dan literasi yang memadai.
“Kami mendorong 74.000 desa di Indonesia, terutama untuk lokasi-lokasi yang sulit dijangkau untuk menanam bambu dengan pola wanatani atau dengan pangan yang biasa mereka tanam,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, Pusat Standardisasi Instrumen Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim (SIKBPI) tengah menyusun strategi nasional terkait pemanfaatan bambu. Strategi ini membutuhkan kontribusi lintas sektor baik dari lembaga pemerintah maupun masyarakat.
Penulis: Zahra Shafira
Editor : Ari Rikin