Depok (Greeners) – Komunitas Ciliwung Depok bersama 21 lintas komunitas Depok dan Ikatan Mahasiswa Teknik Lingkungan Indonesia (IMTLI) memperingati Hari Ciliwung ke tujuh. Acara yang berlangsung pada Minggu (11/11/2018) di sempadan sungai Ciliwung di Kota Kembang, Depok ini mengajak masyarakat untuk menjaga dan merawat sungai Ciliwung dengan berhenti membuang sampah di sungai.
Kegiatan ini melibatkan kurang lebih 500 peserta yang berasal dari berbagai komunitas dan mahasiswa Teknik Lingkungan anggota IMTLI Regional Dua. Mereka membersihkan 200 meter pinggiran sungai Ciliwung.
Erwandi Supriadi selaku Ketua Panitia Pelaksana menjelaskan kegiatan ini terdiri dari tiga kegiatan utama. Pertama, Bebenah Ciliwung. Pada kegiatan ini peserta memungut sampah plastik di pinggiran sungai Ciliwung yang terbawa arus banjir. Kedua, Ecobrick. Dalam kegiatan ini peserta bersama anak-anak pemulung binaan Camp Pijar Depok diajak membuat kerangka dari sampah plastik yang bisa dijadikan bangku. Ketiga, penanaman bambu dan pohon buah lokal seperti kecapi, jamblang, mangga dan lainnya.
“Ada lagi kita buat cerucuk (penahan tanah, Red.) bambu. Kita mengumpulkan batang bambu supaya kalau hujan airnya langsung meresap, kalau tidak air itu akan mengalir langsung ke sungai,” ujar pria yang akrab disapa Elang ini saat ditemui Greeners di lokasi acara.
Salah satu peserta kegiatan, Bhaktysviko, mahasiswa Universitas Pasundan (Unpas), mengapresiasi kegiatan ini. Ia berpendapat kalau kegiatan dalam peringatan Hari ciliwung tersebut bagus untuk edukasi, utamanya adalah kegiatan pembuatan ecobrick.
“Kegiatan Ecobrick itu mengedukasi anak-anak pemulung, jadi ecobricknya dimanfaatkan untuk penghasilan pemulung, contohnya dibuat kursi sama meja,” ujar Bhaktysviko.
Sependapat dengan Bhaktysviko, Riana Saputra, peserta yang juga mahasiswa Unpas berpendapat, kegiatan ecobrick bagus untuk memberi tahu bahwa sampah plastik dapat diolah menjadi ecobrick. “Jadi sampah plastik tuh enggak selalu dibuang, bisa diolah lagi buat jadi ecobrick. Kegiatan bersih-bersihnya juga bagus biar enggak banjir,” kata Riana.
Riana juga berharap warga setempat lebih memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah ke sungai Ciliwung. “Karena Ciliwung itu sungai yang punya banyak ekosistem, bukan tong sampah berjalan,” katanya menambahkan.
Hari Ciliwung diperingati setelah tertangkapnya seekor bulus raksasa (Chitra-chitra javanensis) pada 11 November 2011 di aliran sungai Ciliwung wilayah Tanjung Barat. “Dahulu bulus sangat mudah ditemukan, tapi dengan kondisi Ciliwung sekarang dimana airnya sudah tercemar dan banyak sampah, bulus itu sudah jarang ditemukan dan bahkan hampir punah,” ujar Elang. Ia berharap dengan adanya sinergi akademisi dan lintas komunitas, kondisi sungai Ciliwung menjadi lebih baik.
Penulis: Thorvy Qalbi