Yogyakarta (Greeners) – Sabtu pagi, tanggal 26 September 2015, tampak riuh di Pantai Baru, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tampak deretan tenda berdiri diantara pepohonan cemara udang sepanjang pinggir pantai. Sementara di sisi lain pantai, panitia dengan sabar menunggu peserta yang akan melakukan registrasi acara Buru Baru Festival yang diselenggarakan oleh Greenpeace Indonesia. Tercatat 500 peserta mendaftar dalam rangkaian acara ini. Acara yang berlangsung selama dua hari ini menggabungkan pentas seni, berkemah (camping), bersih pantai, pelepasan tukik dan workshop.
“Rangkaian acara yang kami adakan kali ini, selain untuk menunjukkan contoh-contoh praktik ramah lingkungan, sekaligus menjadi edukasi alternatif mengenai energi terbarukan. Jadi harapannya, peserta tidak hanya melihat, tetapi juga mengenal dan merasakan dampak langsung kepedulian lingkungan,” kata Jeri, Koordinator Utama Buru Baru Festival.
“Selain menjadi lokasi berdirinya Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida, kombinasi pembangkit listrik tenaga surya dan bayu, Pantai Baru menjadi pilihan dalam pelaksanaan acara karena di sini masyarakat bisa menunjukkan bahwa energi terbarukan berdampak positif baik secara lingkungan maupun ekonomi,” tambahnya.
Sementara itu Debi, Koordinator Media Buru Baru Festival menyampaikan bahwa selama ini memang energi terbarukan belum terlalu dikenal masyarakat.
“Kami melihat sebenarnya sudah banyak teman-teman muda yang peduli pada isu lingkungan. Masalahnya, kadang bahasa-bahasa yang disampaikan mengenai lingkungan dan energi terbarukan ini masih sulit dipahami. Jadi, acara ini menawarkan pengalaman langsung untuk teman-teman muda. Tidak hanya di spot acara kami, tetapi juga bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar,” ujar Debi.
Dalam pembukaan acara, Ketua Greenpeace Indonesia, Longgena Ginting menyampaikan bahwa di hari tersebut, cabang Greenpeace di 30 negara juga melakukan aksi secara serentak yang ditandai dengan tagar #ActionForClimate. Aksi serentak ini dilakukan sebagai bentuk tuntutan kepada kepala negara yang hadir dalam konferensi perubahan iklim di Paris pada Desember mendatang.
Penelitian terbaru Greenpeace dan Universitas Harvard mengungkapkan sebanyak 15.600 jiwa/tahun akan mengalami kematian dini akibat terpapar polusi yang dikeluarkan oleh PLTU Batubara. Laporan penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekspansi batubara yang direncanakan secara signifikan dapat meningkatkan tingkat polusi di seluruh Indonesia. Ditambah lagi, Pemerintah Indonesia meluncurkan proyek 35 GW dimana 60 persen diantaranya adalah PLTU Batubara.
“Kami mengajak seluruh unsur masyarakat untuk mendesak Pemerintah Indonesia agar mengakhiri era bahan bakar fosil dan menghentikan deforestasi. Peralihan menuju energi terbarukan dan perlindungan hutan harus segera dipercepat, dengan itu Indonesia dapat memberikan kontribusi nyata terhadap penyelamatan iklim global,” kata Dian Elviana, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, seperti dilansir dalam keterangan resmi yang diterima Greeners, Sabtu (26/09).
Sebagai informasi, Buru Baru Festival dimeriahkan dengan berbagai kegiatan pelatihan (workshop), seperti membatik dengan pewarna alami, cukil kayu, instalasi listrik energi terbarukan, artrashtic, hingga layang-layang. Empat peserta workshop terpilih mendapatkan kesempatan memilih berkunjung ke Sei Utik, Kalimantan Barat, atau Derawan Kalimantan Timur. Keduanya adalah daerah dampingan Greenpeace Indonesia.
Pratiwi Dwi, salah satu peserta workshop cukil kayu cukup senang dengan berbagai kegiatan dalam Buru Baru Festival. “Tidak cuma bersenang-senang saja, tapi juga juga bisa belajar dari hal-hal kecil di sekitar,” katanya.
Dalam acara yang dilangsungkan selama dua hari tersebut, pertunjukan musik di Buru Baru Festival menggunakan listrik yang berasal dari PLTH. Selain itu para pengisi acara cukup dikenal karena kritik sosial dan kepedulian lingkungan. Melanie Subono, Gangstarasta, Iksan Skuter, Dendang Kampungan, Sisir Tanah, Merah Bercerita, Deugalih and Folks, Ucup and The Tebel Project, Dear and Friends, Sound Rebel. Di hari terakhir penyelenggaraan, peserta dan pengunjung pantai melakukan bersih pantai.
Penulis: Junaedi Ghazali