Jakarta (Greeners) – Belantara Foundation mengajak pelajar asal Jepang melakukan penanaman bibit pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim, Provinsi Riau. Para pelajar tersebut berasal dari Senior High School at Sakado, University of Tsukuba, dan Ehime University Senior High School.
Jenis bibit pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 34 bibit pohon. Kedua jenis pohon tersebut termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.
Kegiatan penanaman ini merupakan kerja sama antara Belantara Foundation dengan beberapa pihak lainnya. Belantara mengajak kolaborasi Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim (KTH SSH).
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengatakan, partisipasi anak muda dalam kegiatan penanaman ini begitu penting dalam mendukung pelestarian dan lingkungan hidup di Indonesia. Kontribusi mereka bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus pengendalian perubahan iklim.
Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi multipihak merupakan kunci keberhasilan dalam mendukung kampanye gerakan menanam pohon. Salah satunya yaitu gerakan dari elemen masyarakat, khususnya generasi muda.
BACA JUGA: Lindungi Hutan Mudahkan Berdonasi Tanam Pohon secara Online
“Kami akan mengajak berbagai pihak termasuk generasi muda untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) pemerintah Indonesia, untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia, khususnya Pulau Sumatra,” ujar Dolly melalui keterangan tertulisnya, Rabu (31/7).
Dolly, yang juga sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pakuan berharap gerakan menanam pohon ini dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat. Terutama untuk generasi muda agar berkontribusi aktif pada bidang pelestarian alam dan lingkungan hidup di sekitar mereka.
Tahura SSH Alami Deforestasi
Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan mengatakan bahwa Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang Menteri Kehutanan tetapkan pada tahun 1999. Tahura SSH memiliki luas lebih dari 6.000 hektare.
Namun, sayangnya, saat ini sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas ilegal seperti perambahan lahan, pembalakan liar, dan sebagainya.
“Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui kegiatan perlindungan dan restorasi hutan. Upaya ini tentunya tidak bisa kami lakukan sendiri, namun perlu kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak,” ujar Wilda.
BACA JUGA: Forum Peduli Mangrove: Rawat Mangrove Seperti “Anak Sendiri”
Saat ini, sudah ada beberapa program yang berjalan untuk memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH. Misalnya, program yang digagas oleh Belantara Foundation dan pemangku kepentingan di Jepang pada 2022 lalu, yaitu Forest Restoration Project: SDGs Together.
Program tersebut berupaya memulihkan kawasan hutan yang terdegradasi agar ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Program ini juga telah mendukung pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau.
Tanamkan Kesadaran Pelestarian Alam pada Usia Dini
Sementara itu, menurut Representatif Senior High School at Sakado, University of Tsukuba, Yoshikazu Tatemoto, kesadaran melestarikan alam dan lingkungan hidup bagi masyarakat, khususnya generasi muda harus ditanamkan sejak dini.
Pendidikan terkait lingkungan hidup dapat generasi muda peroleh dari pembelajaran di dalam kelas dan mengikuti aksi lingkungan di luar kelas. Salah satunya dengan berpartisipasi aktif pada gerakan menanam pohon.
“Dengan menanam pohon, kita dapat berkontribusi dalam mencegah dampak perubahan iklim yang saat ini menjadi perhatian dunia,” pungkas Tatemoto.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia