Pameran Konservasi Beri Ruang Anak Muda Mengenal Satwa Liar

Reading time: 2 menit
Pameran konservasi. Foto: Belantara Foundation
Pameran konservasi. Foto: Belantara Foundation

Jakarta (Greeners) – Belantara Foundation menggelar ‘Pameran Muda Mudi Konservasi’ pada 5-6 Oktober 2024 di Sarinah, Jakarta. Pameran konservasi ini menjadi jembatan bagi generasi muda untuk memahami bagaimana hidup berdampingan dan peduli terhadap satwa liar.

Pameran selama dua hari ini diawali dengan Lomba Cerdas Cermat antar SMA se-Jabodetabek. Selain itu, terdapat talkshow oleh sejumlah organisasi dan lembaga yang terkait. Melalui talkshow ini, para pembicara menyampaikan pengetahuan kepada anak muda mengenai pentingnya perlindungan satwa dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam upaya konservasi.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna, menekankan pentingnya kesadaran publik di kalangan generasi muda. Ia menegaskan bahwa pemahaman tentang pelestarian keanekaragaman hayati sangat penting bagi masa depan Indonesia.

Dolly menambahkan, kehilangan keanekaragaman hayati, termasuk satwa liar merupakan salah satu bagian dari triple planetary crisis (tiga krisis planet) yang dapat mengancam keberhasilan pencapaian pembangunan berkelanjutan.

BACA JUGA: Marak Satwa Liar Jadi Konten, Waspadai Degradasi Habitat

Faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati secara global mencakup alih fungsi lahan, eksploitasi berlebihan, perubahan iklim, polusi, hama, penyakit, dan jenis asing invasif. Konflik antara satwa liar dan manusia di habitatnya juga berkontribusi terhadap masalah ini.

“Konflik manusia dengan satwa liar yang intensitasnya cenderung meningkat dari waktu ke waktu pemicunya banyak faktor. Antara lain alih fungsi lahan yang berdampak pada hilangnya habitat, fragmentasi habitat, serta penurunan kualitas habitat,” kata Dolly lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (5/10).

Meningkatnya aktivitas manusia di area yang merupakan habitat satwa liar juga memicu terjadinya konflik. Konflik manusia-satwa liar sering terjadi di area konsesi kehutanan, HGU perkebunan sawit, dan ladang masyarakat. Oleh karena itu, Dolly menekankan perlunya strategi, upaya, serta aksi konkret dari semua pihak untuk mewujudkan harmonisasi antara manusia dan satwa liar di habitatnya.

Pameran konservasi. Foto: Belantara Foundation

Pameran konservasi. Foto: Belantara Foundation

Edukasi Satwa Perlu Berlanjut

Sementara itu, Co-Chair IUCN-IdSSG, Sunarto, menjelaskan pentingnya diskusi tentang berbagi ruang dengan satwa. Edukasi mengenai hidup berdampingan dengan satwa perlu berkelanjutan dan efektif. Meskipun banyak manfaat dari hubungan harmonis ini, risiko konflik juga harus diminimalisasi dan dikelola dengan baik.

BACA JUGA: Biarkan Satwa Liar Hidup di Habitatnya

Sunarto menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar di habitatnya, salah satunya adalah kondisi individu satwa liar itu sendiri. Misalnya, satwa liar yang sakit cenderung mengalami kesulitan dalam berburu. Sementara, individu jantan muda yang mencari wilayah jelajah baru juga sering menghadapi konflik dengan manusia.

Selain itu, habitat yang bersinggungan dengan pemukiman juga meningkatkan risiko terjadinya konflik. Pertambahan populasi dan kebutuhan manusia semakin memperkuat tekanan terhadap habitat alami satwa liar.

“Pemahaman yang baik oleh semua pihak menjadi kunci utama untuk berbagi ruang dan hidup berdampingan secara harmonis,” ujar Sunarto.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top