Jakarta (Greeners) – Ekowisata hiu paus di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, menjadi salah satu sumber ekonomi biru yang bernilai ekonomi tinggi. Ekonomi biru merupakan salah satu target nasional yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Pemerintah daerah bersama mitra konservasi mengembangkan ekowisata hiu paus berbasis masyarakat sejak tahun 2018. Hal ini telah menarik banyak perhatian dari para wisatawan secara global.
Hasil studi nilai ekonomi wisata hiu paus di Teluk Saleh, khususnya di Desa Labuhan Jambu, pada tahun 2019, menunjukkan estimasi nilai ekonomi yang berdampak kepada masyarakat lokal sebesar Rp327 juta. Saat ini, diperkirakan kunjungan ke Teluk Saleh untuk mendapatkan momen berenang bersama spesies karismatik ini meningkat secara signifikan.
“Potensi pendapatan ekonomi dapat meningkat yang dihasilkan dari wisata hiu paus di Sumbawa,” ujar Ketua Dewan Pengurus Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany.
BACA JUGA: Hiu Paus, Raksasa Lembut yang Rentan Punah
Meizani mengatakan, hiu paus di Teluk Saleh dapat ditemukan kehadirannya sepanjang tahun. Bahkan, 40% dari struktur populasinya didominasi hiu paus muda.
“Tercatat juga kehadirannya di wilayah ini sampai lima tahun sehingga menjadi lokasi perlindungan bagi individu hiu paus muda,” ungkapnya.
Desa Labuhan Jambu menjadi lokasi pilot intervensi awal upaya konservasi berbasis masyarakat dan pengembangan ekowisata. Sebab, di desa ini para nelayan bagan merupakan garda terdepan yang melakukan interaksi dengan hiu paus setiap harinya.
Mowilex Dukung Ekowisata Hiu Paus di Sumbawa
Ekowisata hiu paus di Sumbawa mendapatkan dukungan berbagai pihak, salah satunya dari produsen cat PT Mowilex Indonesia (Mowilex). Bersama Konservasi Indonesia, Mowilex melakukan pendekatan daratan dan lautan (ridge to reef).
Dukungan ini merupakan salah satu dari program Mowilex Sustainability Initiative yang berfokus pada lingkungan. Misalnya, dukungan terhadap pembangunan energi bersih dan penanaman mangrove serta seluruh upaya dalam rangka mengurangi persentase karbon. Upaya ini juga turut menjaga kelestarian lingkungan.
“Kami melakukannya bukan karena kami melihat peluang bisnis yang besar di daerah ini. Kami melihat bahwa kesehatan lingkungan dan ekonomi saling berkaitan. Ini juga sejalan dengan Mowilex Sustainability Initiative, program CSR (Corporate Social Responsibility) yang kami mulai sejak tahun 2019,” ujar CEO PT Mowilex Indonesia, Niko Safavi.
Menurut Niko, penting untuk melestarikan Teluk Saleh dan mendidik masyarakat lokal tentang mengoperasikan pariwisata ramah lingkungan.
BACA JUGA: Kawanan Hiu Paus Berkeliaran Bebas di Sekitar Pantai Wisata Probolinggo
Populasi Hiu Paus di Teluk Saleh Terbesar Kedua di Indonesia
Populasi hiu paus di Teluk Saleh telah teridentifikasi sebagai populasi terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah 110 individu per tahun 2022. Studi yang dilakukan Konservasi Indonesia tentang populasi hiu paus di daerah ini, mengungkapkan Teluk Saleh merupakan habitat penting untuk siklus hidup hiu paus.
Hal tersebut termasuk mencari makan, pengasuhan bagi hiu paus remaja, dan jalur migrasi. Teluk Saleh juga menjadi lokasi agregasi sepanjang tahun dan sebagai salah satu hotspot penggunaan habitat secara global. Selain itu, Teluk Saleh memiliki interaksi dengan perikanan bagan yang memungkinkan adanya interaksi antara hiu paus dan manusia.
Bupati Sumbawa, Mahmud Abdullah mengatakan, kesuksesan ekowisata hiu paus dengan ekonomi biru bergantung pada pendekatan yang berkelanjutan, etika, dan tanggung jawab dalam mengelola pariwisata laut. Selain itu, lanjutnya, perlu kerja sama antara pemerintah, masyarakat lokal, peneliti, dan industri pariwisata. Hal itu untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan ekonomi.
”Kami bersyukur terhadap hadirnya para mitra konservasi, terutama Konservasi Indonesia maupun pihak perusahaan dari sektor privat yang melihat potensi melalui konservasi habitat hiu paus. Kami dari pemerintah siap mendukung untuk berkontribusi dalam perbaikan dan memperkuat ekonomi masyarakat,” ungkap Abdullah.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia