Jakarta (Greeners) – Pegiat lingkungan muda asal Gresik, Aeshnina Azzahra mengirim kompilasi surat dari 862 generasi Z di Indonesia kepada tiga kandidat calon presiden (capres) 2024. Mereka menutut capres untuk memberikan hak lingkungan yang sehat.
Pengumpulan surat yang digerakkan oleh Aeshnina atau Nina ini dimulai pada bulan Juni 2023. Pengirim surat di antaranya 56% perempuan dan 61% laki-laki, yang nantinya akan ikut mencoblos pada 14 Februari 2024. Surat untuk presiden ini dikumpulkan dengan cara online maupun offline.
“Hari ini hari baik, hari Jumat saya kirimkan surat gen Z untuk calon presiden. Surat ini adalah kompilasi dari 862 surat Gen Z Indonesia, yang menginginkan agar masalah lingkungan mendapat prioritas dari calon presiden Indonesia,” ungkap Nina melalui keterangan tertulisnya, Jumat (19/1).
BACA JUGA: Gaya Hidup Sehat untuk Bumi yang Lebih Sehat
Sebagai penyalur suara kepada presiden, sejak Juni 2023 Nina menerima surat melalui akun media sosial Instagram miliknya @aeshnina dan @suratuntukpresidenku2024 lewat fitur Google Form. Nina juga gencar mendatangi sejumlah sekolah untuk mengajak generasi Z menyampaikan pesannya kepada capres.
“Tujuan menulis surat ini untuk membuka mata para calon presiden tentang kerusakan lingkungan di Indonesia, terutama di Jawa Timur. Kami menginginkan calon presiden memiliki aksi nyata menjaga bumi Indonesia dari kerusakan, khususnya penanganan sampah plastik sekali pakai yang menjadi problem serius,” tambah Nina.
Anak Muda Miliki Hak Atas Lingkungan Hidup yang Sehat
Dalam surat untuk presiden, Nina menuliskan bahwa anak muda memiliki hak atas lingkungan hidup yang sehat, udara yang bersih, dan air yang jernih. Namun, kini hak anak muda sudah banyak terampas oleh generasi sekarang.
“Jika bapak calon presiden ingin masa depan Indonesia semakin maju, urus masalah lingkungannya dulu. Jangan bebankan kepada kami anak muda. Saya harap bapak calon presiden bisa serius mewujudkan mimpi kami untuk tinggal di lingkungan yang bersih, kaya paru-paru dunia, laut lestari dan sehat tanpa pencemaran sampah plastik sekali pakai,” kata Nina.
Nina meminta agar calon presiden menghentikan kegiatan penebangan hutan liar, melindungai sungai-sungai dari pencemaran, dan membersihkan udara dari polusi. Selain itu, Nina mewakili anak muda juga menginginkan agar presiden membebaskan Indonesia dari sampah plastik sekali pakai dan mewajibkan produsen untuk redesain ulang kemasan menjadi guna ulang.
Pengendalian Sampah Plastik Perlu Menjadi Prioritas
Pengendalian permasalahan sampah plastik sekali pakai perlu menjadi prioritas capres untuk segera diatasi. Saat ini, buruknya pengelolaan sampah masih menjadi permasalahan yang kompleks. Ditambah pembuangan sampah sembarangan dan pembakaran sampah yang mencemari udara.
“Terutama bakaran sampah plastik yang menimbulkan bau tak sedap,” imbuh Nina.
Berdasarkan survei yang Nina lakukan kepada 862 responden telah menunjukkan bahwa 69,8% orang melaporkan bahwa pembakaran sampah adalah masalah lingkungan yang paling sering mereka temui. Kemudian, sebanyak 53,1% orang merasa tidak tersedia tempat pengolahan sampah sementara terpilah (TPST) di desanya. Sehingga, banyak sampah yang tertimbun sembarangan di lingkungan.
Sampah Indonesia Hanyut di Afrika
Nina menambahkan, sebuah studi baru oleh University of Oxford telah mengembangkan model resolusi tinggi yang menyimulasikan pergerakan sampah plastik di lautan dunia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah sumber utama sampah plastik berbasis darat di pantai-pantai di Seychelles.
“Indonesia memalukan karena sampahnya hanyut hingga Afrika Selatan. Sebanyak 62,3% orang merasa permasalahan lingkungan di sekitar mereka adalah sampah plastik yang terbuang ke sungai,” ujar Nina.
Sampah yang Indonesia hasilkan dari Sungai Cisadane mengalir hingga pantai di Seychelles, Afrika. Penelitian Ecoton 2023 pun menyebutkan 64 sungai nasional telah tercemar mikroplastik. Pencemaran sungai ini bisa mempercepat kepunahan ikan-ikan air tawar di Indonesia.
BACA JUGA: ECOTON Bentuk Sakenah, Generasi Peduli Sampah
“Sampah plastik pada akhirnya akan mengancam kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Plastik tidak akan terurai di alam secara alami, namun akan terpecah menjadi serpihan kecil berukuran <5 mm, yakni mikroplastik,” kata Nina.
Dengan demikian, mikroplastik telah mencemari seluruh rantai makanan dan lingkungan. Nina menambahkan, lebih parahnya mikroplastik juga ada di tubuh manusia, termasuk air susu ibu, pembuluh darah, hingga paru-paru. Hal ini sungguh menjadi serius dan harus jadi prioritas demi kesehatan manusia dan lingkungan untuk generasi masa depan.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia