Jakarta (Greeners) – Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada, Steven Guilbeault berjanji akan membalas surat pegiat lingkungan cilik asal Gresik Aeshnina Azzahra Aqilani atau Nina. Hal itu terkait permasalahan sampah impor yang dikirim dari Kanada ke Indonesia. Nina berkesempatan bertemu langsung bersama Steven dalam pawai End The Plastic Era di depan Shaw Center Ottawa, Kanada, Minggu (21/4).
“Tahun 2020 saya mengirim surat protes agar Kanada berhenti mengirimkan sampah plastik ke Indonesia kepada bapak Perdana Menteri Kanada. Namun, hingga kini surat saya belum dibalas,” ungkap Nina kepada Steven.
Nina juga mengungkapkan, sampai saat ini sampah plastik dari Kanada yang ditemukan telah digunakan sebagai bahan bakar. Nina berharap agar pemerintah Kanada menghentikan pengiriman sampah plastik ke negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
BACA JUGA: Hari Lingkungan Hidup Sedunia, KLHK Soroti Pengendalian Sampah Plastik
Ia pun memiliki kecemasan soal dampak polusi akibat daur ulang sampah plastik dari Kanada, yang dilakukan pabrik-pabrik daur ulang kertas dan plastik di Gresik.
“Daur ulang sampah plastik bukan solusi. Sebab, kami menemukan industri daur ulang membuang limbah cair mencemari sungai-sungai yang menjadi bahan baku air minum kami. Mikroplastik di air sungai juga mencemari rantai makanan kami,” ujar Nina.
Kemudian, Steven pun merespons pernyataan Nina secara langsung, “On behalf of the prime minister i will answer your letter,” ujarnya. Steven berjanji akan membalas surat Nina. Ia juga menyatakan bahwa pemerintah Kanada telah mengakui bahwa masih ada ekspor sampah plastik ilegal ke Indonesia dan pemerintah Kanada sedang melakukan upaya pembenahan.
Nina Desak Pemimpin ASEAN
Nina yang mewakili River Warrior Indonesia (Reverin) juga turut hadir dalam pertemuan keempat Intergovernmental Negotiating Committee (INC-4). Pertemuan tersebut untuk menyusun kesepakatan internasional yang mengikat secara hukum mengenai polusi plastik, termasuk di lingkungan laut.
BACA JUGA: River Warrior Surati Jokowi Minta Bantuan Sosial untuk Sungai
Dalam acara ini, Riverin dan lebih dari 100 organisasi masyarakat sipil (OMS) mendesak pemimpin ASEAN untuk bersikap tegas dalam negosiasi tersebut. Selain itu, Nina juga berusaha untuk menyampaikan keinginannya agar negara-negara maju tidak lagi mengirimkan sampah ke Indonesia.
“Perdagangan sampah plastik global dampaknya memprihatinkan. Bagaimana teganya negara maju dan kaya membuang beban sampah plastik mereka ke negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Myanmar. Jika mereka terus dibiarkan mengekspor sampah plastiknya ke Asia Tenggara, maka perlahan-lahan akan membunuh lingkungan dan kesehatan kita,” ungkap Nina.
Temuan Sampah Impor di Jawa Timur
Sepanjang tahun 2023, Nina bersama tim Riverin telah menemukan timbunan sampah impor di desa-desa Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Malang. Timbulan besar juga mereka temukan di salah satu pabrik kertas di Kragilan Serang, Banten.
Menurut Nina, timbunan sampah ini berpotensi mencemari air bawah tanah, kontaminasi mikroplastik udara, dan pencemaran dioksin. Selanjutnya, ia bersama tim Riverin juga menemukan aktivitas pembakaran sampah plastik impor sebagai bahan bakar pembuatan tahu dan batu gamping.
Adapula buangan mikroplastik dengan volume yang tinggi dari industri-industri kertas daur ulang di Jawa Timur. Bahkan, ada lebih dari 11 industri kertas daur ulang berbahan sampah impor membuang limbah cair ke Sungai Brantas yang menjadi bahan baku air minum, irigasi sawah, dan tambak ikan.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia