Bandung (Greeners) – Alam merupakan salah satu unsur yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Pemanfaatan alam yang baik tentu dapat memberi pengaruh yang baik pula pada manusia. Namun, bila tidak dimanfaatkan dengan baik, secara perlahan akan memunculkan berbagai masalah, mulai dari pencemaran hingga kerusakan lingkungan.
“Perhatian kita terhadap alam untuk mengajak warga di sekitar kita untuk memulai dengan sesuatu yang mudah namun memberikan dampak yang sangat besar bagi pelakunya, baik dari aspek sosial maupun ekonomi,” ujar Zulfa, key speakers dari Bandung Berkebun saat berdiskusi dalam acara Nature and Culture Youth Conference (NCYC) di Saung Angklung Udjo, Bandung, Selasa (10/03) lalu.
Meski bertujuan baik, Zulfa mengingatkan agar izin dari warga sekitar untuk memanfaatkan lahan kosong sebagai tempat berkebun harus didapat. “Preparation before action,” katanya.
NCYC merupakan kegiatan berwawasan lingkungan yang digagas oleh Cijaringao EcoLand, sebuah komunitas konservasi lingkungan binaan Saung Angklung Udjo. Dalam pelaksanaanya, Green Technology & Eco-Movement menjadi tema kegiatan ini. Tema ini mewakili konsep alam pada kegiatan yang diselenggarakan selama tiga hari, tanggal 10-12 Maret 2015. Dalam kegiatan tersebut mengangkat topik Green Movement dan Farmers is Our Food Hero.
“Sesuatu yang dapat dilakukan mesti disebarkan agar pergerakan menjadi nyata dan dapat menjadi solusi,” ujar Zulfa.
Pada hari pertama pelaksanaan NCYC digelar kegiatan pelatihan pembuatan pot hidroponik dan penyaring air portable oleh Charlie Tjendapati, salah satu perintis metode bercocok tanam dengan hidroponik. Menurut Charlie, bercocok tanam dengan hidroponik dapat menjadi peluang yang sangat menguntungkan di masa depan untuk seluruh kalangan.
“Keuntungan dari hidroponik ini yakni tanpa menggunakan tanah, selalu bersih, tidak memerlukan pekerja dan lahan yang luas, serta indah dilihat,” katanya.
Dalam pelatihan tersebut, peserta diajarkan membuat kebun hidroponik, seperti mengebor pipa plastik, memasang tanaman pada net pot, dan merakit rangka untuk media tanam hidroponik. Tanaman yang ditanam dalam kegiatan ini sebagian besar merupakan tanaman sayur yang dapat dipanen lima minggu sejak ditanam.
Salah satu peserta NCYC, Azril, murid kelas 5 SD, mengaku ingin menerapkan pengetahuan tentang hidroponik di sekolahnya. “Aku dapat menambah wawasan baru tentang bercocok tanam yang enggak aku dapatkan dari sekolah, jadi bisa aku terapin di rumah atau sekolah,” katanya antusias.
NCYC diikuti oleh puluhan peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa dari berbagai universitas. Dalam kegiatan ini, nampak pula beberapa turis mancanegara dan murid Sekolah Dasar ikut serta dalam kegiatan dan diskusi.
Penulis: ANP/G32