Jakarta (Greeners) – Berkebun di halaman rumah membutuhkan kreativitas dan ketelatenan tersendiri, termasuk berkebun tanaman pangan organik. Bertanam organik merupakan metode menanam dengan menggunakan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia.
Salah satu kelompok yang menggagas ide bertanam organik adalah perumahan Studio Alam Indah (SAI). Anis Hidayah pendiri perkumpulan tersebut awalnya memulai gerakan bercocok tanam di rumah sendiri. Ia menggunakan pekarangan rumah untuk menanam. Anis yang merupakan autodidak dalam bidang ini, bahkan berhasil mengajak para tetangga untuk mengikuti jejaknya kini.
Terbentuk sejak Maret 2019, SAI awalnya hanya memiliki 7 rumah sebagai anggota, kini jumlahnya meningkat menjadi 48 rumah. “Awalnya tidak mudah karena ibu-ibu juga bekerja seperti saya. Kita mengajak ibu-ibu lain untuk gabung pada waktu panen. Sesungguhnya mengajak panen itu mengajak tanam, nanti mereka akan bertanya tentang berapa lama proses panen,” ucap Anis dalam acara Festival Desa dan Kota di Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 18 Januari 2020.
Baca juga: Pengawet Organik Ini Membuat Buah dan Sayur Tahan Lama
Setelah mengajak para ibu bergabung menanam sayuran organik, ia kemudian membentuk komunitas bernama Rumah Organik Studio Alam Indah (ROSAI). Nama tersebut terinspirasi dari nama perumahan mereka. Anis menyampaikan dua jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi dan berbahaya adalah cabai dan bawang merah. Sebab keduanya dinilai mempunyai kandungan kimia yang relatif tinggi akibat penggunaan pestisida. Selain dipakai setiap hari untuk memasak, hal tersebut juga mendorong Anis untuk menanam bahan masakan sendiri.
Untuk memulai bertanam di rumah sendiri, menurutnya tidak memerlukan lahan yang luas. Karena dapat menggunakan beberapa polybag sebagai tempat benih tanaman. Anis tidak hanya mengedukasi cara bercocok tanam kepada anggota komunitasnya, tetapi juga membuat pupuk kompos dari sisa makanan sehari-hari.
Menurutnya bertanam adalah suatu gaya hidup sehingga tidak ada kamus “sibuk” di dalamnya. Sebagai pekerja yang tinggal di Depok, Anis membutuhkan waktu 30 menit sebelum dan sepulang bekerja untuk menanam. Meski sempat dikritik karena mengurangi omset penjualan tukang sayur perumahannya, ia justru menawarkan untuk mengambil sayuran organik dari komunitasnya jika ingin dijual kembali. “Karena ini bukan soal bisnisnya, tetapi bagaimana kita menjaga keluarga dari bahaya-bahaya yang tidak bisa kita prediksi,” kata dia.
Anis juga menawarkan benih, peralatan, hingga mentoring awal bagi warga yang ingin bergabung dengan komunitas SAI. Menjelang setahun berdiri, ROSAI berencana meluncurkan buku mengenai tanaman organik pada Maret 2020. Buku tersebut berisi tentang pengalaman dan proses Anis beserta anggota komunitasnya selama bercocok tanam di rumah hingga akhirnya membentuk komunitas.
Kabin Kebun
Sementara di Bandung, Ukke R Kosasih (50) seorang pensiunan memberanikan diri pindah ke desa yang berada di Bandung dan memulai mimpinya untuk bertanam organik. Ia salah seorang yang terinspirasi dari acara Festival Desa sepuluh tahun lalu. Ukke kemudian membulatkan tekad untuk memulai hidup dengan memanfaatkan apa yang ada untuk bercocok tanam.
Sejak 2016, Ukke dan keluarga memutuskan pindah dari Bintaro, Jakarta Selatan ke Bandung. Ia belajar dari situs di internet mengenai cara menanam tumbuhan secara organik. Setelah mencoba berbagai sistem berkebun dan segala tantangannya, ia berhasil menanam lebih dari 1.000 tanaman. “Tidak hanya sekadar berkebun, tapi juga menjadi gaya hidup yang murah. Kebahagiaan tersendiri karena bisa mengonsumsi hasil tanam sendiri,” ucap Ukke.
Ukke menamakan tempat tersebut sebagai kabin kebun. Nama ini terinspirasi dari kabin rumahnya yang dijadikan sebagai tempat merawat berbagai jenis tanaman. Menurutnya, niat melestarikan lingkungan harus dimulai sejak awal ketika hendak berkebun. Upayanya dapat dilakukan dengan menggunakan bahan alami hingga memanfaatkan alat-alat yang sudah ada. Selanjutnya, Kabin Kebun ingin membuka rumah komunal bernama Bumi Ayu yang dibangun dari bahan bekas. Tujuannya untuk mengedukasi masyarakat sekitar mengenai pentingnya menjaga lingkungan, khususnya menanam tumbuhan organik.
Penulis: Krisda Tiofani