Bandung Barat (Greeners) – Hari Lingkungan Hidup Dunia yang diperingati pada tanggal 5 Juni menjadi momentum untuk tetap waspada terhadap kerusakan lingkungan hidup, termasuk hutan. Hutan yang idealnya bisa dinikmati bersama dapat mengalami kerusakan, baik secara ekonomi maupun lingkungan, apabila dikelola dan diperlakukan secara buruk.
Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Sahabat Hutan Bandung mengangkat isu kerusakan lingkungan hutan dalam kegiatan field trip yang dilakukan pada Minggu (5/6) di Gunung Putri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Sebanyak 23 peserta dari berbagai komunitas, lembaga dan perusahaan mengikuti kegiatan field trip sekaligus Deklarasi Gerakan Sahabat Hutan Bandung. Para peserta berkumpul di pintu masuk Gunung Putri dengan berjalan kaki dan bersepeda menuju Tugu Abdi Negara. Acara ini juga diisi dengan kegiatan memotret kondisi hutan Gunung Putri berbekal kamera DSLR dan ponsel.
Mereka memotret beberapa kerusakan tanah akibat eksploitasi hutan untuk rekreasi bertualang dengan kendaraan bermotor. Selain itu, field trip ini memantau beberapa titik-titik sampah yang dihasilkan pengunjung yang berserak di sekitar hutan di kawasan Gunung Putri.
Beberapa peserta field trip menyayangkan kondisi hutan Gunung Putri saat ini. Saat dipantau Greeners, beberapa ruas jalan tanah yang ada di kawasan hutan Gunung Putri tergerus oleh kendaraan bermotor hingga kedalaman dua meter. Kondisi cuaca yang saat ini hujan membuat tanah berlumpur dan sulit dilalui dengan berjalan kaki ataupun bersepeda.
“Gunung Putri sekarang beda dengan yang dulu. Kini dengan membayar Rp 15.000-30.000 saja, kendaraan bermotor seperti motor trail dan mobil jip bisa naik ke puncak. Tentu buat tanah terus tergerus roda sampai berisiko timbul erosi tanah saat hujan,” ujar Asep, salah satu peserta field trip asal Lembang, saat ditemui Greeners usai deklarasi Sahabat Hutan Bandung.
Inisiator Sahabat Hutan Bandung Gilang Rahadian menyatakan, kegiatan field trip ini merupakan salah satu cara untuk mencari informasi dan mengkampanyekan secara aktif berkegiatan di alam bebas tanpa merusak lingkungan.
“Kita akan sering kesini. Dengan persiapan lebih serius kita akan coba membuat rekaman video dan mendokumentasikan (segala kerusakan) dan kita kompilasi menjadi video dokumenter atau foto serial,” kata Gilang.
Untuk perkembangan dari gerakan yang diinisiasi oleh berbagai unsur ini, Gilang menargetkan beberapa kegiatan dan kesepakatan bersama dalam sebuah roadmap.
“Dalam jangka waktu dekat, kami upayakan mengumpulkan lebih banyak berbagai stakeholder,komunitas, lembaga dan unsur masyarakat yang peduli akan hutan Bandung. Kampanye melalui media sosial, pameran dokumentasi dan media gathering juga menjadi jalan kami dalam mengedukasi masyarakat untuk mencegah kerusakan hutan di sekitar Bandung,” ujarnya.
Penulis: ANP/G32