Jakarta (Greeners) – Sekelompok mahasiswa IPB University membantu warga Sinarsari, Bogor, untuk mengelola sampah organik dengan menerapkan metode budidaya maggot. Inisiatif ini tidak hanya menyelesaikan masalah sampah di desa tersebut, tetapi juga menghasilkan pupuk berkualitas tinggi.
Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter), telah berkolaborasi dengan masyarakat untuk mengelola sampah organiknya secara mandiri.
Program ini merupakan inisiatif pertama yang memperkenalkan metode budidaya maggot di desa tersebut sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan sampah organik. Inisiatif ini berhasil mengubah tumpukan sampah organik–yang selama ini dianggap sebagai masalah–menjadi sumber daya bernilai ekonomis dan ramah lingkungan melalui budidaya maggot di Rumah Camago (cacing dan maggot).
BACA JUGA: Maggot, Lihat Lebih Dekat agar Tahu Khasiatnya
Maggot adalah istilah untuk menyebut larva lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens. Lalat ini memiliki siklus hidup maggot (larva), prepupa, pupa, dan serangga dewasa. Ada banyak manfaat dari hewan tersebut. Salah satunya sebagai pengurai sampah oraganik.
Maggot, atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF), berperan penting dalam proses ini. Sampah organik yang tadinya menumpuk kini diolah menjadi pupuk berkualitas dan pakan ternak kaya protein.
Ketua pengurus Rumah Camago, Munir menjelaskan bahwa pengangkutan sampah dilakukan tiga hari sekali. Maggot akan memakan sampah organik tersebut, sementara untuk sampah anorganik akan truk sampah angkut. Ia mengaku, larva ini sangat efisien dalam menguraikan bahan organik, mempercepat proses dekomposisi, sekaligus menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi.
“Selain itu, maggot dewasa juga dapat menjadi sumber pakan ternak yang tinggi protein sehingga meningkatkan produktivitas peternakan lokal,” ungkap Munir lewat keterangan tertulisnya dalam laman Berita IPB, Jumat (4/10).
Dukungan Warga
Berita IPB melansir bahwa keberhasilan program ini tidak terlepas dari dukungan masyarakat Desa Sinarsari. Ketua program Rumah Camago, Ilham Prasetyo menyatakan pihaknya sangat bersyukur atas keterlibatan warga.
“Mereka tidak hanya menerima manfaat dari program ini, tetapi juga aktif dalam proses pengelolaan sampah organik menjadi produk bernilai tambah,” kata Ilham.
Bulan ini, hasil panen tim PPKO Himasiter mencapai sekitar 30 kilogram maggot. Meskipun ini merupakan langkah awal yang menggembirakan, Ilham mencatat hasil tersebut masih di bawah potensi maksimal. Selain itu, pupuk organik yang dihasilkan sangat diminati oleh para petani lokal karena kaya akan nutrisi.
Mahasiswa IPB Edukasi Warga
Dalam menghadapi tantangan tersebut, mahasiswa IPB University melakukan edukasi dan penyuluhan secara berkala. Hal itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah organik. Tim menekankan bahwa mengelola sampah organik tidak hanya mengurangi beban lingkungan, melainkan juga meningkatkan pendapatan ekonomi warga melalui hasil panen maggot dan pupuk organik.
BACA JUGA: Kenali Manfaat Maggot sebagai Pengurai Sampah Organik
Irma, salah satu warga yang terlibat dalam program ini, awalnya tidak tertarik karena tidak paham apa itu maggot. Namun, setelah mengikuti pelatihan dan melihat hasilnya, ia termotivasi untuk mengumpulkan sampah organik dan menyadarkan warga sekitar.
Selain itu, Ilham pun optimistis bahwa dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, hasil panen maggot di masa mendatang akan semakin optimal.
“Kami yakin program ini akan terus berkembang dan menjadi solusi berkelanjutan bagi pengelolaan sampah organik di Desa Sinarsari. Partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk mencapai hasil yang lebih maksimal,” imbuhnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia