Jakarta (Greeners) β Greenpeace Indonesia mengungkap bahaya mikroplastik terhadap kesehatan dan lingkungan melalui acara Hidden Pollution: The Unseen of Microplastics di Bloc M Space pada Minggu, 23 Februari. Mereka mengemas informasi tersebut dengan menggunakan instalasi seni kreatif.
Juru Kampanye Plastik Greenpeace Indonesia, Ibar F. Akbar, menjelaskan bahwa acara ini merupakan ruang edukasi bagi masyarakat. Mereka dapat memahami perjalanan plastik, dari asal-usulnya hingga proses fragmentasi dan degradasinya.
βKami juga berkolaborasi dengan Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) dan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), yang membantu memperlihatkan dampak mikroplastik dalam kehidupan kita,β ujar Ibar kepada Greeners.
BACA JUGA: Ecoton Bongkar Fakta Bahaya Mikroplastik dalam Tubuh Manusia
Selain instalasi, acara ini juga melibatkan anak muda melalui berbagai kegiatan menarik. Greenpeace mengadakan workshop upcycling bahan kain menjadi tas, tumbler painting, dan pembuatan lilin.
βDi malam hari, kami mengadakan screening dokumenter yang membahas masalah sampah plastik dan dampaknya terhadap lingkungan,β tambah Ibar.
Greenpeace Indonesia juga berkomitmen untuk menerapkan prinsip guna ulang (reuse) dalam setiap acara. Ibar memastikan bahwa instalasi yang mereka gunakan tidak melibatkan plastik dan akan digunakan kembali.
Sistem guna ulang ini tidak hanya dalam instalasi seni, tetapi juga dalam acara lain seperti kampanye, kesenian, piknik, dan musik. Melalui langkah-langkah ini, Greenpeace berusaha memastikan bahwa setiap acara tetap berdampak positif dan ramah lingkungan.
Peluncuran Riset Mikroplastik
Acara ini juga menjadi momentum peluncuran riset kolaborasi antara Greenpeace dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) terkait paparan mikroplastik dalam tubuh manusia. Riset ini juga berfokus pada dampak mikroplastik terhadap kesehatan, khususnya pada fungsi kognitif otak.
Riset ini menunjukkan adanya paparan mikroplastik di tubuh warga Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang. Penelitian ini menemukan bahwa 95 persen sampel darah, urin, dan feses dari 67 partisipan mengandung mikroplastik.
Selain itu, riset juga berfokus untuk pengaruh mikroplastik terhadap kemampuan otak, seperti berpikir, mengingat, atau kesulitan dalam mengambil keputusan. Hasil penelitian pun menunjukkan adanya hubungan antara paparan mikroplastik dan penurunan fungsi otak.
BACA JUGA: Ada Mikroplasik dalam Tubuh Warga Jakarta dan Sekitarnya
Mikroplastik jenis PET, yang sering berasal dari botol plastik dan kemasan makanan, menjadi yang paling banyak ditemukan. Dengan demikian, lewat instalasi seni ini, Greenpeace juga ingin menyampaikan hasil riset dengan bahasa yang lebih mudah dipahami berbagai kalangan, teutama generasi muda.
Ibar pun berharap riset ini bisa diadvokasikan dan dipresentasikan kepada kementerian terkait, seperti Kementerian Kesehatan. Ia juga ingin Greenpeace bisa melakukan roadshow ke kampus-kampus, terutama ke fakultas kesehatan. Dengan demikian, akan semakin banyak yang memahami dampak mikroplastik terhadap kesehatan.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia