Jakarta (Greeners) – Komunitas Jaga Semesta giat melindungi mata air di Indonesia untuk mencegah krisis air. Berdasarkan Studi World Resource Institute tahun 2015, Indonesia termasuk negara berisiko tinggi menghadapi krisis air pada tahun 2040.
Indonesia merupakan negara yang banyak mengalami permasalahan kerusakan lingkungan. Ada banyak organisasi yang berinisiatif dan bekerja sama untuk memulihkan lingkungan di Indonesia. Sayangnya, tak banyak yang berminat dalam pemulihan mata air.
BACA JUGA: Indonesia Berisiko Hadapi Krisis Air di Tahun 2040
“Kami melihat kalau gerakan secara umum, misalnya membersihkan sungai dan menanam pohon, sudah lumayan banyak. Namun, yang peduli dengan pelestarian mata air itu jarang sekali. Bahkan, tentang bagaimana mata air itu terbentuk dan apa saja yang memengaruhi keberadaannya juga tidak banyak yang tahu,” ujar Founder Jaga Semesta, Fainta Negoro kepada Greeners, Jumat (19/1).
Oleh sebab itu, Fainta terdorong untuk bergerak melindungi mata air. Sehingga, terlahirlah Komunitas Jaga Semesta pada tahun 2023.
Pantau Ratusan Mata Air selama Tiga Bulan
Berbekal pengetahuan terkait kondisi mata air di Pulau Jawa inilah Jaga Semesta mengawali perjalanan dengan berkeliling Pulau Jawa selama tiga bulan bersama para relawan. Selama perjalanan itu, Jaga Semesta telah memantau ratusan mata air. Mereka juga melakukan dokumentasi sederhana sebagai cara mudah untuk mewartakan kondisi mata air kepada khalayak luas.
“Tahun 2023, Jaga Semesta sudah berhasil merestorasi empat mata air yang berada di Blitar, Mojokerto, dan Boyolali. Angka itu melebihi target awal kami yang hanya berencana merestorasi satu mata air untuk setiap tahun,” tambah Fainta.
Saat ini, Jaga Semesta aktif memberikan edukasi mengenai betapa pentingya memulihkan mata air melalui konten media sosial. Selain memberikan wawasan, media sosial dapat menjadi penghubung antar relawan dan komunitas lokal. Dalam perjalanannya, tim Jaga Semesta berupaya untuk bertemu dengan para pegiat lingkungan yang bekerja tanpa diketahui oleh orang lain. Kemudian, cerita-cerita mereka dikemas untuk menginspirasi lebih banyak orang melalui media sosial.
Mata Air jadi Isu yang Genting
Menurut Fainta, mata air merupakan isu yang genting. Sebab, mata air merupakan permasalahan yang cukup serius untuk segera diatasi dengan mitigasi yang cepat.
“Apalagi, Pulau Jawa diprediksi akan mengalami krisis air di tahun 2040. Krisis air itu bukan airnya tidak ada, melainkan nantinya masyarakat akan kesulitan untuk mengakses air bersih karena biaya pengelolaan air akan naik dan harga air akan mahal,” tambah Fainta.
Bicara soal mata air, ada banyak aspek yang terlibat dalam kelestariannya. Semua yang dilewati dalam siklus air akan memengaruhi keberadaannya. Mulai dari air hujan jatuh pertama ke tanah yang tidak ada vegetasinya hingga air tidak mampu masuk menjadi air tanah sehingga debit mata air akan turun.
BACA JUGA: Kekeringan, Dua Desa di Karawang Krisis Air
Belum lagi, lanjut Fainta, banyak yang tidak tahu terkait pengeloaan air. Jaga Semesta melihat banyak mata air yang menjadi tempat wisata dan di sekelilingnya disemen sehingga mata air mati.
“Kami ingin memberikan informasi selengkap-lengkapnya karena kita semua berhak tahu. Kalau kita enggak ngapa-ngapain, kita akan mengalami krisis air. Orang berhak tahu dan kita berhak berupaya untuk bersama-sama mencegahnya dari sekarang. Ketika kita sudah tidak bisa lagi bergantung pada sesuatu yang tidak bisa kita kontrol, harapkanlah diri kita sendiri untuk mulai membuat perubahan. Dari situ, kami mencoba mereplikasi apa hal baik yang bisa dilakukan oleh banyak orang secara offline dan online,” ujar Fainta.
Jaga Semesta Giat Restorasi Mata Air
Misi yang kini Jaga Semesta pegang adalah melakukan restorasi mata air dengan melibatkan masyarakat setempat. Caranya pun mudah, hanya menggunakan linggis dan cangkul serta kekompakan para warga untuk kembali memulihkan mata air. Terutama, mata air yang terkena longsor bisa segera mereka perbaiki bersama. Caranya, bersihkan lokasi sekitar mata air, kemudian tanam tanaman asli seperti bambu dan berbagai jenis beringin.
Mencegah krisis air di Pulau Jawa perlu kerja sama seluruh penghuni pulau untuk ikut berpartisipasi. Sesederhana tidak membuang sampah di sungai, tandai dan pantau mata air di sekitar kita dan gotong royong memulihkan mata air yang mengalami kerusakan ringan.
Fainta menambahkan, peran masyarakatlah yang terpenting. Dari 4 restorasi mata air yang telah dilakukan sepanjang 2023, seluruhnya dilakukan oleh komunitas lokal dan tim Jaga Semesta hanya memberikan pengarahan teknis dan pendampingan selama prosesnya.
“Bahkan, di antara empat itu, ada satu yang kami pandu via Zoom Meeting dengan komunitas. Faktanya, mereka mau melakukan survei mata air, lalu mau mengikuti arahan pembersihan secara daring itu keren sekali. Kami selalu mewajibkan peran serta penduduk sekitar mata air. Sebab, kami berharap nantinya mereka tahu apa yang harus mereka lakukan demi menjaga mata airnya lestari,” ujar Fainta.
Ke depannya, Jaga Semesta berharap bisa berperan lebih banyak dalam menyambungkan sejumlah pihak yang saling membutuhkan. Misalnya, komunitas pencinta alam dan penyedia bibit tanaman. Dengan demikian, perubahan dapat tereplikasi dengan cepat dan skala dampak positif yang lebih besar.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia