Jakarta (Greeners) β Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Aksi Biroe, dan Six for Nature menggelar aksi di depan Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Jawa Timur. Aksi yang berlangsung menjelang Ramadan tersebut sebagai ajakan kepada masyarakat puasa plastik sekali pakai.
Selama bulan Ramadan, terutama saat berbuka puasa, penggunaan plastik sekali pakai seperti kantong plastik, sedotan plastik, dan kemasan makanan cenderung meningkat. Hal ini menjadi masalah besar bagi lingkungan karena plastik tidak dapat terurai dan berpotensi mencemari alam.
Dengan demikian, puasa plastik sekali pakai bisa menjadi salah satu solusi. Hal itu untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan plastik sekali pakai yang merupakan langkah positif dalam mengurangi pencemaran lingkungan.
BACA JUGA: Industri dan Pemerintah Perlu Bangun Sistem Transparansi Polusi
Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Khansa, yang juga ikut dalam aksi ini, mengatakan bahwa Gen Z harus memulai pengurangan plastik. Mereka bisa menerapkannya pada bulan Ramadan ini dengan melakukan puasa plastik sekali pakai.
Menurutnya, sampah kini menjadi permasalahan yang terus berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai masalah hingga tragedi terkait sampah belum menemukan solusi yang tepat, sementara jumlah sampah terus meningkat.
βTentunya kita sebagai Gen Z, generasi muda yang menjadi agent of change harus bertindak tegas mengurangi sampah, terutama plastik. Kami tak mau ini hanya menjadi perayaan belaka, harus ada aksi nyata,β ujar Khansa dalam keterangan tertulisnya, Selasa (25/2).
Besarnya Sampah Makanan di Surabaya
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2024, sisa makanan (food waste) menjadi komposisi sampah tertinggi di Indonesia. Persentase food waste mencapai 39,22 persen. Kemudian, sampah plastik mencapai 19,76 persen.
Di Jawa Timur, proporsi sisa makanan bahkan lebih tinggi, yaitu 46,93 persen. Surabaya tercatat sebagai kontributor terbesar kelima. Persentase sisa makanan di salah satu kota besar di provinsi ini mencapai 55,48 persen. Selain itu, Surabaya juga menjadi penyumbang sampah plastik terbesar ketiga di Jawa Timur dengan persentase 22,01 persen.
Fenomena ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk mengubah cara masyarakat dalam mengelola sampah. Khususnya, dalam mengurangi sisa makanan yang terbuang dan penggunaan plastik sekali pakai. Apabila sampah plastik dan sisa makanan terus menumpuk, hal ini akan menjadi tantangan besar bagi lingkungan.
BACA JUGA: Pelajar SMPN 2 Dongko Lestarikan Sungai Konang di Trenggalek
Mahasiswi Universitas Negeri Islam (UIN) Sunan Ampel, Nuril menyampaikan pentingnya langkah-langkah konkret untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia.
βUntuk menghentikan banjir sampah plastik, kita perlu menutup kerannya. Artinya, masyarakat harus berhenti menggunakan plastik sekali pakai. Industri juga harus berhenti memproduksi plastik sekali pakai dan pemerintah harus membuat larangan penggunaan plastik sekali pakai,β ujarnya.
Selain itu, masyarakat juga dapat memulai mengurangi sampah dengan langkah sederhana. Misalnya, menggunakan wadah secukupnya untuk mengurangi sampah plastik yang tidak perlu. Kemudian, mulai belanja tanpa kemasan dan mengutamakan produk yang bisa diisi ulang.
Selanjutnya, masyarakat pun penting mulai memilah sampah dari rumah, menghabiskan makanan, dan mengompos agar sampah tidak terbuang sembarangan. Dengan langkah-langkah tersebut, Nuril berharap bulan Ramadan bisa menjadi momentum untuk perubahan positif yang berdampak besar bagi kelestarian bumi.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia