Jakarta (Greeners) – Sobat Greeners, apakah kalian pernah berkunjung ke Danau Toba? Danau ini merupakan danau vulkanik terbesar di Dunia. Dengan segala keindahan yang dimilikinya, Danau Toba berhasil menarik perhatian para wisatawan dari berbagai Negara.
Salah satunya ialah Komar Buton, penggiat olahraga dayung pada salah satu komunitas pecinta alam Universitas Mpu Tantular (UMTALA). Laki-laki yang kerap dipanggil Marko ini melakukan ekspedisi yang bertajuk “Ekspedisi Solo Solu Tao Toba Nauli 2021”. Kegiatan tersebut mengelilingi lingkar luar Danau Toba menggunakan solu mulai tanggal 1 Juni 2021 dan telah selesai pada 12 Juli 2021 kemarin.
Marko menyebut adapun tujuan dari ekspedisi ini adalah; mempromosikan solu sebagai wahana wisata air tradisional Danau Toba. Solu sendiri merupakan transportasi air tradisional khas Danau Toba yang dipakai oleh masyarakat setempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
“Nanti solu ini bisa kita promosikan menjadi Wahana wisata tradisional, masyarakat yang menggunakan solu ini nggak cuma mencari ikan. Tapi kedepannya mereka bisa mengajak wisatawan untuk berjalan-jalan menggunakan Solu Menikmati keindahan Danau Toba,” Kata Marko pada sesi live “Kupas Komunitas Episode 18” Bersama Greeners, Rabu (21/07/2021)
Ekspedisi Solo Solu Tao Toba Nauli 2021 ini terselenggara atas kerjasama Universitas Mpu Tantular Pecinta Alam (UMTALA), Yayasan Kelestarian Lingkungan Hidup (YKLH), Rain Forest, Aligator Rafting Cianten, Akasaka, Persatuan Olah Raga Dayung Indonesia (PODSI) Kecamatan Toba, Tobaria dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Rute Perjalanan Ekspedisi Solo Solu Tao Toba Nauli 2021
Sebelum memulai perjalanannya, Marko mempersiapkan beberapa hal, seperti; Latihan fisik selama beberapa bulan sebelum keberangkatan, teknik mengendalikan perahu, dan Teknik dayung. Setelah sesampainya di Danau Toba, ia melakukan adaptasi lebih lanjut dengan keadaan sekitar juga dengan solu yang akan ia gunakan.
Pada perjalanannya ini, Marko menyinggahi 16 Desa yang berada pada sekitar Danau Toba. Tentunya untuk menjangkau Desa-Desa tersebut ia menggunakan solu sebagai alat transportasinya. Ia memulai Ekspedisi Solo Solu Tao Toba Nauli 2021 dari Desa Sigaol Timur, Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba pada 9 Juni 2021.
Lalu singgah ke Desa Panamean, Desa Pangaloan Ail, Desa Parapat, Tanjung Unta, Haranggaol, dan Tongging, Silalahi, Hasinggaan, Harian Boho, Sabulan.
Setelah itu Marko melanjutkan perjalanan ke Meat, Balige, Lumban Gaol, Parparean, dan mengakhiri perjalanan airnya pada Desa Sigaol Timur kembali.
Rangkaian Kegiatan Selama Ekspedisi
Selama perjalanannya, Marko banyak berinteraksi dengan penduduk Desa. Berbanding terbalik dengan stereotip yang berkembang pada masyarakat. Menurutnya penduduk Danau Toba dan sekitarnya sangat ramah dan menyambut baik bagi wisatawan yang datang.
“Kalau nggak ada mereka mungkin perjalanan saya nggak akan kelar, mereka sangat antusias sama kegiatan ekspedisi saya ini dan banyak membantu. Bahkan saat pagi hari mau berangkat mereka buatkan sarapan mereka masakin saya bekal untuk melakukan perjalanan selanjutnya, itu kebaikan masyarakat di Danau Toba,” ucapnya.
Selain itu, ia melakukan pendataan potensi-potensi wisata yang belum terjamah, perencanaan pembuatan jalan wisata. Serta menggali nilai-nilai luhur dari masyarakat adat yang berada pada kawasan Danau Toba. Nilai-nilai luhur tersebut Ia pelajari juga dari kebudayaan, salah satunya adalah tarian adat.
Marco mengatakan, dalam tarian adat banyak mengandung nilai-nilai sosial yang pada saat ini sudah mulai terlupakan, seperti gotong royong.
“Saya ingin nilai-nilai ini bisa diangkat kembali oleh pemuda-pemuda terutama di sekitaran Danau Toba. Menjaga nilai-nilai daripada peninggalan leluhur mereka,” katanya.
Tidak hanya itu, pada kegiatannya Marco juga melakukan aksi penanaman Pohon Ingul di Pantai Pakkodian. Pohon Ingul merupakan salah satu pohon khas Danau Toba yang jumlahnya sudah berkurang karena penebangan liar.
Batang Pohon Ingul juga merupakan bahan utama untuk pembuatan solu, sehingga penanaman Pohon tidak hanya untuk pelestarian alam tetapi juga bertujuan untuk pelestarian solu.
Buku dan Film Dokumenter Tentang Danau Toba
Selama sebulan lebih beberapa hari melakukan Ekspedisi tersebut, Marko berusaha untuk mendokumentasikan perjalannya. Semua proses akan ia rangkum pada film dokumenter dan bukunya yang akan ia publikasikan kepada masyarakat. Tentunya setelah segala rangkaian ekspedisi dan pendataan selesai.
Dengan adanya output tersebut, Marko berharap dapat meningkatkan pengetahuan pada masyarakat mengenai budaya dan kehidupan di sekitar Danau Toba. Lebih lanjut, harapan itu juga ia utarakan kepada Pemerintah atau Dinas Pariwisata agar dapat mengelola sumberdaya alam dengan baik dan maksimal.
“Pemerintah daerah harus bersikap tegas menurut saya dalam penataan potensi wisata di Danau Toba. Terutama pembangunan kawasan wisata yang memang benar-benar tidak merusak lingkungan,” harapnya.
Setelah perilisan film dokumenter dan bukunya, Marko menyebut akan membuat acara kembali di Kawasan Danau Toba. Acara tersebut termasuk pemutaran dan menyaksikan film dokumenter bersama-sama tentunya dengan masyarakat sekitar Danau Toba.
“Nantinya saya akan membuat nonton bareng dan membuat event seribu solu di Danau Toba. Serta masyarakat harus menggunakan solu yang paling utama. Karena ketika nanti masyarakat sudah menggunakan solu wisata tradisional ini bisa kita gaungkan kemana-mana,” jelas Marko.
Penulis: Zahra Shafira