Jakarta (Greeners) – Menjelang Pemilu 2024, sebuah boneka kayu raksasa berwajah pinokio berkeliling Jakarta, Rabu (7/2). Boneka diarak bersamaan dengan rombongan marching band dan ratusan massa aksi Koalisi Pilih Pulih. Lewat Karnaval Pilih Pulih, mereka mengajak publik supaya berhati-hati dalam memilih pemimpin masa depan.
Aksi damai kreatif ini merupakan gabungan dari puluhan lembaga masyarakat sipil dan komunitas muda, pelajar, dan mahasiswa. Karnaval Pilih Pulih berlangsung tepat satu minggu sebelum hari pemungutan suara Pemilu 2024.
Pemilu 2024 berlangsung di tengah situasi yang tak mudah. Sebab, krisis iklim makin genting mengancam hidup warga, ruang demokrasi kian menyempit, serta ketidakpastian masa depan untuk generasi muda. Misalnya, menyangkut akses pendidikan dan lapangan pekerjaan.
BACA JUGA: Jeli Pilih Pemimpin Peduli Iklim di Pemilu 2024
Persoalan lingkungan dan krisis iklim, demokrasi, dan pelindungan hak asasi manusia (HAM) akan bertambah dan makin parah jika kekuasaan jatuh ke tangan pemimpin yang tersandera kepentingan oligarki ekonomi politik. Sebab, mereka bakal mementingkan kepentingan segelintir kelompoknya saja jika kelak berkuasa.
“Seluruh sendi-sendi kehidupan kita telah dikangkangi oleh kepentingan-kepentingan oligarki. Apa yang terjadi saat ini? Sumber daya alam kita tergerus, hutan kita terbabat, tanah-tanah petani terampas, dan udara kita terkotori polusi yang berasal dari pabrik-pabrik yang mereka hasilkan. Batu bara kita mereka keruk untuk PLTU yang mengakibatkan krisis iklim makin nyata,” kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas saat orasi di Karnaval Pilih Pulih, Rabu (7/2).
Pengelolaan Negara Penuh Konflik
Menurut Greenpeace Indonesia, dalam sepuluh tahun terakhir, masyarakat telah menyaksikan potret buram pengelolaan negara yang penuh konflik kepentingan dan mengesampingkan rakyat. Misalnya, undang-undang dan proyek yang dirancang secara ugal-ugalan, kritik yang terabaikan hingga pembungkaman.
Pelanggaran HAM yang tak tuntas juga dibiarkan terus terjadi. Bahkan, eksploitasi dan perusakan lingkungan berkedok pembangunan terus berlanjut.
BACA JUGA: Gerakan Bersihkan Indonesia Ajak Milenial Kritisi Isu Energi Bersih
Kepala Divisi Kehutanan dan Lahan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), Dhifa Shafira mengatakan demokrasi dan pemenuhan HAM sangat berkaitan erat dengan kualitas lingkungan hidup ke depannya.
“Kita pasti tidak mau memilih pemimpin yang tidak mau mendengarkan sains, yang tidak mau mendengarkan kritik. Sebab, kebijakan mereka akan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan kita ke depannya. Bahkan, kualitas kehidupan anak cucu kita semua,” kata Dhifa.
Koalisi Pilih Pulih Menyatakan Sejumlah Sikap
Lewat aksi ini, Koalisi Pilih Pulih menyerukan kepada para pemilih di seluruh negeri, khususnya generasi muda. Mereka meminta anak-anak muda untuk kembali mencermati visi misi, gagasan dan ide, serta rekam jejak para pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Koalisi Pilih Pulih pun menyatakan sejumlah sikap dan seruan. Mereka menyatakan akan akan terus bersuara dan mengajak publik untuk terus bersuara tentang berbagai krisis yang terjadi di Indonesia. Salah satunya, kebijakan ekonomi ekstraktif yang semakin mengukuhkan kuasa oligarki telah melahirkan krisis iklim.
Mereka juga mendesak pemerintahan yang akan datang untuk menjalankan transisi energi berkeadilan demi mengatasi krisis iklim. Kemudian, Koalisi Pilih Pulih mendesak pemerintahan yang akan datang untuk menghentikan ekspansi pembangunan berbasis lahan skala luas untuk mencapai nol deforestasi, melindungi hutan dan lahan gambut yang tersisa.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia