Gianyar (Greeners) – Sebanyak seratus anak penyu (tukik) hasil penangkaran kelompok konservasi penyu Saba Asri dilepas liar di Pantai Saba, Kabupaten Gianyar, Bali. Pelepasliaran yang dilakukan bersama antara perwakilan PT Indonesia Power, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan wartawan tersebut merupakan bagian dari acara pertemuan ke empat Intergovernmental Review (IGR-4).
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, penyu berikut bagian-bagiannya termasuk telurnya merupakan satwa yang dilindungi oleh negara. Peluang pemanfaatan penyu melalui penangkaran juga diatur dalam PP Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Manajer PT Indonesia Power UP Bali Igan Sumbawa Putra mengatakan bahwa berdasarkan UU tersebut PT Indonesia Power bekerjasama dengan kelompok Saba Asri Gianyar Bali berinisiatif untuk melakukan penangkaran tukik sejak tahun 2016.
“Bayangkan kalau penyu ini punah maka ekosistem laut akan terganggu dan rusak. Begitupun dengan kita yang bergantung pada hasil laut. Pada kenyataanya masih banyak masyarakat belum peduli terhadap konservasi penyu,” kata Igan di Pantai Saba, Gianyar, Bali, Kamis (01/11/18).
Igan mengatakan, persentase keberhasilan konservasi penyu tergolong sangat rendah karena kondisi lingkungan yang berubah-ubah, abrasi pantai, ditambah gangguan liar seperti anjing yang sangat suka makan telur penyu . Hal itu juga yang melatarbelakangi Indonesia Power bersama kelompok Saba Asri melakukan penangkaran tukik di desa Saba.
“Melalui penangkaran ini, data perkembangan tukik meningkat secara signifikan. Tahun 2016 jumlah telur yang berhasil kami tangkar 6.500 butir dan yang bisa dilepasliarkan hanya 70 ekor, kemudian tahun 2017 jumlah telur 11.029 butir dan berhasil dilepasliarkan 1.976 ekor. Lalu pada tahun 2018 meningkat dengan jumlah telur 32.850 butir dan sudah berhasil dilepasliarkan 2.327 ekor,” jelas Igan.
Sampai bulan September tahun ini Kelompok Konservasi Penyu Saba Asri berhasil melepasliarkan tukik lebih dari 17% dibanding tahun 2017. Jika di total, tukik yang berhasil dilepasliarkan pada tahun 2018 sebanyak 4.870 ekor dengan persentase kenaikan sebesar 154%.
Ketua Kelompok Konservasi Penyu Bali Saba Asri I Made Kikik mengatakan, di penangkaran ini paling banyak ditemukan penyu jenis Olive Ridley Sea Turtle (Lepidochelys olivacea) atau biasa disebut Penyu Lekang karena menyukai pasir hitam.
“Ada juga penyu hijau dan penyu sisik tetapi mereka tidak suka bertelur di pasir hitam, mereka senengnya di pasir putih dan sepi, kalau melihat api rokok saja menghindar. Kalau penyu lekang ada orang jalan tidak takut,” ujar Kikik.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Sub Direktorat Pencemaran Lingkungan di Direktorat Jenderal Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan KLHK, Nety widayati, mengatakan bahwa KLHK mengapresiasi PT Indonesia Power yang menginisiasi kegiatan ini.
“Saya rasa konservasi ini sangat dibutuhkan karena penyu populasinya sudah sedikit dan mungkin ke depannya perlu disebarluaskan ke masyarakat umum sampai ke anak-anak sekolah untuk mengedukasi mereka bahwa konservasi ini sangat penting. Kita juga harus memberikan pengetahuan atau kebijakan sehingga konsumsi penyu dibatasi,” kata Nety.
Penulis: Dewi Purningsih