Jakarta (Greeners) – Macan tutul merupakan salah satu spesies yang perlu dilindungi. Tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan memulai kegiatan survei spesies macan tutul jawa (Panthera pardus melas) di seluruh Pulau Jawa atau Java-Wide Leopard Survey (JWLS).
KLHK juga bekerja sama dengan Yayasan Save Indonesian Nature & Threatened Species (SINTAS). Keduanya menggelar kegiatan kick off meeting pada Selasa (27/2) sebagai tanda awal kegiatan survei.
Survei tersebut memanfaatkan kamera pengintai (camera trap). Tujuannya untuk mengetahui status populasi hewan tersebut di seluruh habitat satwa liar yang tersisa di Pulau Jawa. Selain survei kamera pengintai, JWLS akan mengumpulkan sampel kotoran macan tutul jawa. Hal itu untuk mengetahui struktur populasi hewan tersebut dan preferensi mangsanya.
BACA JUGA: KLHK Sebut Memelihara Satwa Liar Harus Berizin
“JWLS ini merupakan survei satwa liar skala nasional kedua terbesar di Indonesia setelah survei harimau sumatra se-Sumatra atau Sumatra-Wide Tiger Survey (SWTS), yang telah selesai KLHK laksanakan bersama mitra kerjanya pada 2023 lalu,” ungkap Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Satyawan Pudyatmoko di Jakarta, Selasa (27/2).
Menurutnya, kegiatan SWTS dan JWLS ini menjadi salah satu bukti nyata komitmen pemerintah dalam menerapkan kaidah-kaidah ilmiah. Khususnya, untuk memperkuat pengelolaan satwa liar dan habitatnya di Indonesia.
Selain itu, kegiatan tersebut juga menjadi bukti komitmen KLHK untuk terus mengupayakan pelibatan dan kerja sama berbagai pihak. Ia menegaskan, upaya konservasi macan tutul jawa di Indonesia telah pemerintah lakukan dari tahun ke tahun melalui instrumen kebijakan dan program kegiatan di tingkat tapak.
JWLS Gunakan Kamera Pengintai Terbesar di Indonesia
Sementara itu, JWLS yang rencananya akan dilaksanakan selama kurang lebih dua tahun ini merupakan kegiatan kolaboratif survei satwa liar dengan menggunakan kamera pengintai terbesar pertama di Indonesia. Hal itu baik dalam segi cakupan wilayah, pendanaan, maupun pihak-pihak yang terlibat.
Sekitar 600 unit kamera pengintai akan dipasang oleh delapan tim gabungan survei lapang secara bergantian. Kemudian, ada sebanyak 1.160 stasiun pengamatan di 21 bentang alam yang meliputi 10 taman nasional, 24 Kawasan suaka alam, dan 55 kawasan hutan lainnya. Selain itu, sebanyak kurang lebih 550 sampel kotoran macan tutul jawa akan menjadi target. Semua sampel itu untuk dikoleksi secara bersamaan dalam survei kamera pengintai.
BACA JUGA: KLHK: Populasi Satwa Liar Prioritas di Indonesia Meningkat
KLHK berharap agar kegiatan JWLS ini dapat menghasilkan data dasar status populasi. Bahkan, bisa menciptakan preferensi satwa mangsa macan tutul jawa yang akurat berdasarkan kaidah ilmiah yang kuat. Selain macan tutul jawa sebagai target utama, tim juga akan memperoleh data biodiversitas terestrial lain dan sebarannya di seluruh habitat satwa liar yang tersisa di Pulau Jawa.
Di samping itu, Satyawan berpesan kegiatan JWLS ini harus berkontribusi pada pencapaian target mencegah kehilangan keanekaragaman hayati. Terutama, ekosistem dan spesies yang menjadi program pembangunan prioritas nasional.
“Kegiatan ini tidak berhenti dengan memperoleh data metapopulasi macan tutul di seluruh Jawa, melainkan juga kondisi ekosistemnya yang akan menjadi baseline bagi kegiatan tindak lanjutnya,” ujar Satyawan.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia