KKP Kembangkan Modeling Budidaya Rumput Laut di Maluku

Reading time: 2 menit
Pengembangan modeling budidaya rumput laut di Maluku. Foto: KKP
Pengembangan modeling budidaya rumput laut di Maluku. Foto: KKP

Jakarta (Greeners) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengembangkan modeling budidaya rumput laut di Provinsi Maluku. Maluku Tenggara terpilih sebagai wilayah pengembangan modeling karena memiliki potensi yang besar.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, menjelaskan bahwa Maluku Tenggara merupakan salah satu daerah dengan potensi budidaya rumput laut yang besar, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Pengembangan ini bertujuan untuk mendorong hilirisasi rumput laut dan menjadikan komoditas rumput laut sebagai unggulan di pasar global.

“Terlihat dari Data Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki luas lahan potensial budidaya rumput laut sebesar 8,6 ribu hektare, dengan jumlah pembudidaya sebanyak 2,2 ribu orang yang menggeluti budidaya rumput laut. Artinya, ada geliat budidaya rumput laut yang besar dari masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara,” ujar Tebe dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/9).

BACA JUGA: KKP: Program Ekonomi Biru Tingkatkan Kesehatan Lingkungan

Akan tetapi, saat ini kawasan budidaya rumput laut di Maluku Tenggara baru termanfaatkan sekitar 9,7%. Untuk mendorong peningkatan tersebut, KKP hadir dengan program modeling budidaya rumput laut.

Tebe juga mencatat bahwa rumput laut terbaik di dunia termasuk yang berasal dari Provinsi Maluku, khususnya Kabupaten Maluku Tenggara, dengan musim tanam dari Maret hingga Oktober.

“Artinya, Maluku Tenggara memang cocok untuk pengembangan budidaya rumput laut,” jelas Tebe.

Produksi Rumput Laut Meningkat

Berdasarkan Satu Data KKP, sejak tahun 2020 hingga 2023 terus mengalami peningkatan. Tercatat produksi rumput laut di Maluku Tenggara pada tahun 2023 mencapai 40 ribu ton rumput laut basah.

Tebe menjelaskan, masyarakat pesisir Maluku Tenggara banyak yang menopang hidupnya dari budidaya rumput laut. Budidaya  ini jelas berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya masyarakat pesisir dan ekonomi kawasan.

Tebe menambahkan bahwa pengembangan modeling budidaya rumput laut di Maluku Tenggara akan mencakup pembangunan unit produksi bibit rumput laut (UPBRL) kultur jaringan. Selain itu, kebun starter, kebun bibit rumput laut, dan budidaya rumput laut.

BACA JUGA: KKP Dorong Circular Economy untuk Menaikkan Nilai Produk Perikanan

“Kami sangat berharap Pemerintah Daerah Maluku Tenggara dapat mengelola, memanfaatkan, dan mengoperasikan modeling budidaya rumput laut ini dengan baik dan berkelanjutan. Terutama, untuk penyediaan SDM yang bisa menangani produksi bibit rumput laut kultur jaringan di UPBRL nantinya,” ujar Tebe.

Berikan Peluang Ekonomi Biru

Penjabat Bupati Maluku Tenggara, Jasmono, mengatakan bahwa penetapan Maluku Tenggara sebagai lokasi modeling budidaya rumput laut membuka peluang untuk pembangunan perikanan berbasis ekonomi biru. Hal ini termasuk pengembangan perikanan budidaya yang berorientasi ekspor dengan komoditas unggulan rumput laut.

“Melalui modeling budidaya rumput laut berbasis kawasan ini, nantinya akan menjadikan masyarakat pesisir menjadi masyarakat yang produktif,” ucap Jasmono.

Menurutnya, Maluku Tenggara sangat mendukung program yang ramah lingkungan ini. Pihaknya sudah menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengimplementasikan program modeling ini, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pembudidaya rumput laut di Maluku Tenggara, terutama kebutuhan bibit.

“Sehingga, geliat budidaya rumput laut di Maluku Tenggara terus tumbuh,” ujar Jasmono.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top