Jakarta (Greeners) – Komunitas keMANGTEER Jakarta berkomitmen dalam membentengi pesisir lautan melalui kegiatan penanaman pohon bakau. Sebanyak 250 bibit bakau ditanam di kawasan hutan lindung yang terletak di Jakarta Utara, pada Minggu, 23 Februari 2020.
Komunitas yang didirikan di Jakarta pada 17 September 2011 ini, merupakan cabang tertua di Indonesia dibanding daerah lainnya. Saat ini keMANGTEER Jakarta mempunyai tiga divisi, yaitu Divisi Pendidikan dan Keilmuan, Divisi Penanaman dan Rehabilitasi Mangrove, serta Divisi Komunikasi dan Informasi.
Kegiatan Tanam dan Pelihara (KETAPEL) merupakan kegiatan rutin menanam mangrove dan membersihkan sampah botol plastik di pantai. Kegiatan ini dilakukan bersama para relawan yang dilaksanakan 3 sampai 4 kali dalam setahun.
Baca juga: KeSEMaT, Pelopor Gaya Hidup Mangrove di Indonesia
Divisi Penanaman Mangrove Fajar Nur Muhamad mengatakan pastisipasi volunteer terus meningkat. Untuk tahun ini, misalnya, sekitar 20 dari 50 relawan sudah mendaftar. Setelah melakukan penanaman, KeMANGTEER melakukan pengawasan peningkatan pertumbuhan dan efektifitas tempat penanaman selama satu tahun. “Masa kritis mangrove satu tahun. Dari situ kita akan tahu mangrove bisa dilepas atau tidak.”
Tempat penanaman biasanya dilakukan di lahan yang berdekatan dengan laut atau sekitar 200 meter dari batas laut. Masa efektif pertumbuhan mangrove yakni selama tiga tahun. Setelah itu akar bakau akan membentuk benteng yang berfungsi sebagai pemecah ombak dan meminimalisir bencana.
“Mangrove juga merupakan ekosistem dari beberapa hewan seperti kera (macaca), kepiting, burung. Kita ingin mengenalkan lebih dalam mengenai mangrove ini dari segi pemanfaatan untuk meminimalisir bencana,” ujar Fajar.
KeMANGTEER Jakarta mempunyai program lain yang disebut Mangrove Camp, KeMANGTEER Goes to School (KGTS) dan Seru-seruan, Peduli, dan Tanam Mangrove Bersama KeMANGTEER Jakarta (SEPTEMBER). Program terakhir menjadi salah satu agenda tahunan untuk memperingati hari jadi setiap 17 September.
Dengan adanya edukasi mulai usia dini, menurut Fajar akan menciptakan kepedulian terhadap lingkungan. “Jika diedukasi dengan baik maka nantinya akan lebih baik lagi terhadap lingkungan.”
Baca juga: Kepiting Bakau, Krustasea Unggulan Penunggu Hutan Mangrove
Fajar mengatakan kurang dari 25 persen lahan mangrove di Jakarta berisiko tumbang akibat kondisi cuaca alam yang tidak menentu. “Semoga dengan adanya kegiatan penanaman secara rutin ini apa yang tumbang akan ditutup lagi dengan yang baru dan jauh lebih banyak,” kata dia.
Selain bermanfaat untuk mencegah bencana, dari sisi ekonomi bakau dapat dibuat sebagai bahan panganan ringan seperti keripik, dodol, dan sirup.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada acara penanaman bibit mangrove kali ini keMANGTEER membuat program menanam sambil memecahkan teka-teki. “Intinya seru, evaluasi dan masukan dari teman-teman (menjadi) sesuatu yang berbeda di tahun ini, ” ujarnya.
Penulis: Ridho Pambudi