Jakarta (Greeners) – Data spesies ikan hias laut dunia tengah menjadi perdebatan internasional. Pasalnya, hingga saat ini belum ada angka pasti terkait jumlah spesies ikan hias laut (Marine Ornamental Fishes-MOF) yang diperdagangkan secara global. Demi menjaga kelestarian dan memastikan data ikan hias laut di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggagas project riset “Indonesia Marine Ornamental Fishes in New Paradigm (Indonesia Mantap)”.
Berdasarkan kajian Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan UN Environment Programme World Conservation Monitoring Centre (UNEP-WCMC), terdapat sebanyak 1.764 spesies MOF yang diperdagangkan di dunia.
The Ornamental Aquatic Trade Association (OATA) dan Ornamental Fish International (OFI) melaporkan 1.040 spesies. Kemudian International Union for Conservation of Nature (IUCN) melaporkan sebanyak 2.682 spesies diperdagangkan dunia. Sedangkan lembaga dan pakar lainnya menyebutkan sekitar 258-2667 spesies MOF dalam perdagangan global.
BACA JUGA: BRIN Kenalkan Fishway di World Water Forum ke-10
Ada banyak data terkait ikan hias laut dari berbagai lembaga. Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Kunto Wibowo mengatakan para ahli di dunia tersebut melakukan berbagai pendekatan untuk mendapatkan data jenis hingga volume perdagangan MOF. Upaya itu guna menetapkan prioritas konservasi dan manajemen ikan hias laut ini.
“Hasilnya, bisa benar, bisa juga salah. Namun, harapannya bisa mendekati. Sementara itu, sampai saat ini data ikan hias laut sulit untuk diakses, termasuk Indonesia,” ungkap Kunto lewat keterangan tertulisnya, Kamis (6/6).
Indonesia Pasarkan 1.175 Spesies Ikan Hias
Yayasan LINI dan pihak asosiasi eksportir ikan hias seperti Asosiasi Koral, Kerang, Ikan Hias Indonesia (AKKII), serta Indonesia Ornamental Fish Exporters Association (INOFE) mencatat sebanyak 616 spesies MOF diperdagangkan Indonesia di pasar global. Namun, berdasarkan kajian CITES dan UNEP WCMC, Indonesia tercatat telah memasarkan sebanyak 1.175 spesies. Jumlah tersebut sekitar 62% dari total spesies MOF yang diperdagangkan dunia.
Menurut Kunto, hal itu kemungkinan terjadi karena kesalahan identifikasi. Sebab, selama ini pelaku perdagangan hias melakukan identifikasi menggunakan foto atau gambar, bukan melalui pengamatan dan pengukuran spesimen.
“Sehingga, bisa saja dua spesies berbeda mereka hitung menjadi satu spesies yang sama (terjadi pengurangan). Atau justru sebaliknya, satu spesies mereka hitung menjadi dua spesies berbeda, sehingga double counting,” tambah Kunto.
Indonesia Mantap Bakal Kelola Ikan Hias
Selaku Ketua Tim Indonesia Mantap, Kunto menjelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperbarui status biodiversitas, valuasi perdagangan, dan kondisi sosial ekonomi perdagangan MOF. Hal itu sebagai dasar pemetaan masalah dan merumuskan arah kebijakan pengelolaan, serta perdagangan MOF di Indonesia. Sehingga, tidak hanya kajian biodiversitas saja, namun juga terdapat riset sosial ekonomi para pelaku perdagangan MOF.
“Kegiatannya mulai dari koleksi spesimen, preparasi spesimen, dokumentasi, koleksi DNA, identifikasi spesies berdasarkan morfologi maupun molekuler. Lalu, penyimpanan koleksi MOF di Museum Zoological Bogoriense, hingga publikasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan ke depan,” tutur Kunto.
Ia menambahkan, untuk sosial ekonomi akan tim kaji dari berbagai permasalahan. Mulai dari mata pencaharian para pelaku usaha, pemetaan pengetahuan nelayan terhadap kondisi sumber daya, musim penangkapan, dan regulasi. Tim juga akan mengkaji nilai perdagangan MOF di Indonesia dalam program ini.
BACA JUGA: Salmon Atlantik, Ikan Anadromus yang Tinggi Protein
Kunto berharap seluruh stakeholder perdagangan MOF di Indonesia dapat bergerak bersama untuk mendukung inisiatif ini. Hal itu demi menjaga kelestarian dan keberlanjutan perdagangan MOF Indonesia di pasar global.
Melalui inisiatif Indonesia Mantap ini, ia berharap masyarakat termasuk nelayan, pengepul, pencinta ikan, hingga eksportir bisa turut berpartisipasi dengan mengambil contoh yang terjadi di Jepang.
“Di Jepang, antusiasme warga terkait pengungkapan jenis ikan sangatlah tinggi, bahkan di tingkat nelayan sekalipun. Ketika mereka menemukan ikan yang tidak mereka kenal, mereka dengan penuh semangat akan segera membawanya ke museum untuk diidentifikasi,” ujar Kunto.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia