Jakarta (Greeners) – Sebagai penerus bangsa, generasi muda atau anak muda berperan penting menyempurnakan program dunia Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satunya bijak mengelola sampah dan menjaga lingkungan.
SDGs berisi 17 tujuan jangka panjang. Dalam upaya pencapaiannya Indonesian Youth SDGs Summit 2023 (IYSDGs) hadir. Kegiatan ini menjadi wadah berkumpulnya para pemuda berdiskusi, bekerja sama mencari solusi menciptakan masa depan yang lebih hijau.
IYSDGs bertema Climate Crisis berlangsung di Jakarta baru-baru ini. Dalam kesempatan itu, hadir sejumlah pembicara muda. Mereka fokus mengulas gerakan mengatasi masalah sampah.
Communication Manager Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) Adithiyasanti Sofia mengatakan, berbagai upaya sudah mulai Indonesia lakukan untuk mengatasi persoalan sampah plastik.
Saat ini sudah ada 100 kota atau kabupaten di Indonesia telah melarang penggunaan kantong plastik. Sementara itu untuk meningkatkan kepedulian dan edukasi demi pencapaian SDGs terutama isu lingkungan, peran media penting.
“Selain melakukan edukasi melalui media sosial, perlu juga aksi nyata. Sebab tidak semua orang menggunakan media sosial,” katanya.
Sampah Tak Hanya Plastik
Saat ini, persoalan sampah tidak hanya plastik. Tetapi ada pula sampah elektronik. Salah satu anak muda Rafa Jafar menggagas inisiatif pengelolaan sampah elektronik.
Rafa memulai inovasinya saat berusia 11 tahun. Awalnya ia penasaran tentang pembuangan sampah elektronik. Akhirnya kini ia mendirikan E Waster J untuk mengatasi sampah-sampah elektronik.
“Do it first, tidak usah membuat planning yang terlalu dalam, kita jalanin aja dulu. Identifikasi masalah itu sangat penting, untuk mencari sebuah solusi yang akhirnya cocok dengan permasalahan itu,” ungkap Rafa dalam acara itu.
Dengan mengidentifikasi sesuatu, dapat mudah menciptakan inovasi. Selain itu, generasi muda juga harus sadar dan peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya.
Anak Muda dan Perubahan Iklim
Sebagai anak muda yang ingin berkontribusi mendukung SDGs bisa memulainya dengan bekal pengetahuan yang memadai.
Menurut Head of Creative Project Coordinator Green Wealfer, Rico Herdiansyah, pengetahuan ini dapat membentuk suatu konstruksi pemikiran yang realistis kemudian selanjutnya kita bisa identify the problem.
“Menurut saya pemuda Indonesia mudah dipengaruhi media sosial. Oeh karena itu kita harus ambil kesempatan untuk memengaruhi hal-hal yang positif,” ucap Rico.
Masih dalam acara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dhewanti menyebut, suhu diperkirakan meningkat 2 derajat Celcius pada akhir abad ini.
Selama suhu naik setengah derajat Celcius, banyak ekosistem akan menjadi rentan dan musnah. Menurutnya, banyak makhluk hidup yang sangat rentan kini telah musnah, kecuali manusia.
Menurutnya, anak muda memiliki peran penting dalam membantu mengatasi perubahan iklim. Bahkan di tahun 2022 golongan youth, woman, man menjadi stakeholders yang penting.
“Jadi, di G-20 kami berinvestasi dan mendorong agar youth 20 masuk agenda perubahan iklim,” imbuhnya.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin